aplikasi aspek psikologis

APLIKASI ASPEK PSIKOLOGIS OLEH GURU SD DALAM PELAKSANAAN MANAJEMEN KELAS

A. Aspek Psikologis Dalam Manajemen Kelas
Kelas sebagai basis pengajaran di garis depan adalah tempat berlangsungnya interaksi antara guru dengan murid secara nyata. Interaksi ini bermuatan pendidikan apabila guru merancang interaksinya secara pedagogis dapat dipertanggungjawabkan. Maksud secara pedagogis adalah adanya upaya bertanggung jawab dari guru untuk mengantarkan peserta didik mencapai tujuan pendidikan yang telah digariskan, sebagaimana diketahui bahwa secara pisik jiwa dan secara anatomis dan fisiologis-biologis sosiologis, peserta didik sebagai bagian manusia pada umumnya, memiliki karakteris yang diperlu dipahami oleh para calon guru, maka pengetahuan tentang karakteristik psikologis peserta didik yang berkaitan dengan gejala aktivitas umum jiwa peserta didik sangat penting bagi para calon guru dan para guru dalam memahami peserta secara individual guru menyukseskan proses pembelajaran dikelas. Psikologi sebagai suatu disiplin ilmu sangat dibutuhkan oleh dunia pendidikan, baik di institusi pendidikan formal maupun non formal. Pengetahuan tentang psikologi sangat diperlukan oleh pihak guru atau instruktur sebagai pendidik, pengajar, pelatih, pembimbing, dan pengasuh dalam memahami karakteristik kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta secara integral. Pemahaman aspek psikologis peserta didik oleh pihak guru atau instruktur di institusi pendidikan memiliki kontribusi yang sangat berarti dalam membelajarkan peserta didik sesuai dengan sikap, minat, motivasi, aspirasi, dan kebutiahan peserta didik, sehingga proses pembelajaran di kelas dapat berlangsung secara optimal dan maksimal.
Pengetahuan tentang psikologi diperlukan oleh dunia pendidikan karena dunia pendidikan menghadapi peserta didik yang unik dilihat dari segi karakteristik perilaku, kepribadian, sikap, minat, motivasi, perhatian, persepsi, daya pikir, inteligensi, fantasi, dan berbagai aspek psikologis lainnya yang berbeda antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lainnya. Perbedaan karakteristik psikologis yang dimiliki oleh para peserta didik harus diketahui dan dipahami oleh setiap guru atau instruktur yang berperan sebagai pendidik dan pengajar di kelas, jika ingin proses pembelajarannya berhasil. Dengan memahami karakteristik psikologis yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik, maka para guru di sekolah akan dapat melakukan pembelajaran yang bersifat individual sesuai dengan karakteristik psikologis yang dimiliki oleh peserta siswa. Jadi sifat heterogenitas (tidak sama) suatu kelas perlu menjadi perhatian utama bagi guru. Selain pembelajaran yang bersifat individual, guru perlu juga melakukan pembelajaran secara kelompok jika karakteristik psikologis peserta didik yang ada di suatu kelas dianggap relatif sama (homogen).
Dalam proses pembelajaran di kelas guru sering menghadapi peserta didik yang mengalami gangguan perhatian sehingga peserta didik tersebut kurang dapat memusatkan perhatiannya dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Akibatnya peserta didik tersebut kurang dapat mengetahui dan memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh guru dan memperoleh prestasi belajar rendah. Gejala gangguan perhatian sebagai faktor psikologis yang dialami peserta didik di kelas harus diketahui dan dipahami oleh guru sebagai pengajar dan pendidik di kelas untuk mencegah dan mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Adapun upaya yang dapat dilakukan oleh guru di kelas dalam mencegah dan mengatasi masalah gangguan perhatian yang dialami oleh peserta didik di kelas ialah guru sebaiknya menerapkan metode dan strategi pembelajaran yang menarik perhatian belajar agar peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran di kelas dengan baik dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Selain itu, peserta didik yang menunjukkan sikap dan perilaku belajar yang acuh tak acuh atau apatis dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, juga merupakan gejala bahwa peserta didik tersebut mengalami gangguan psikologis berupa minat dan motivasi belajar rendah yang dimiliki oleh peserta didik tersebut. Untuk mengatasi gejala minat dan motivasi belajar rendah yang ditunjukkan oleh peserta didik di kelas sebagai faktor psikologis yang mempengaruhi kualitas proses dan hasil pembelajaran peserta didik di kelas, maka guru harus dapat memilih dan menerapkan suatu metode, strategi, dan pendekatan pembelajaran di kelas yang dapat menumbuh kembangkan minat belajar dan motivasi belajar peserta untuk belajar di kelas.
Adapun strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru dalam membelajarkan peserta didik yang memiliki minat belajar dan motivasi belajar rendah ialah metode cara belajar siswa aktif (CBSA) yang menggunakan pendekatan keterampilan proses (PKP), pendekatan konstruktivistik, metode diskusi, metode pembelajaran koperatif, metode penemuan dan penyelidikan (discovery and inquiry learning), metode contextual teaching learning (CTL), metode eksperimen, dan berbagai metode, strategi, dan pendekatan pembelajaran yang menuntut aktivitas belajar peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, di laboratorium, dan di tempat belajar lainnya. Selain itu faktor strategi, pendekatan, dan metode pembelajaran perlu menjadi perhatian bagi guru, faktor karakteristik psikologis yang mencerminkan kepribadian dan perilaku peserta didik di kelas harus juga menjadi perhatian para guru untuk menyesuaikan pembelajarannya dengan karakteristik kepribadian dan perilaku yang dimiliki oleh para peserta didik agar proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sesuai dengan minat dan kebutuhan belajar peserta didik. Disinilah pentingnya guru menerapkan proses pembelajaran yang diindividualisasikan sesuai dengan minat dan kebutuhan belajar peserta didik secara individual.
Masih banyak gejala-gejala gangguan psikologis yang ditunjukkan oleh peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, misalnya gangguan pengamatan, gangguan persepsi, gangguan dalam berpikir, gangguan ingatan, gangguan fantasi, dan gangguan perasaan. Gangguan-gangguan psikologis tersebut merupakan gejala atau aktivitas umum jiwa manusia (La Sulo, 1990). Aktivitas umum jiwa manusia tersebut perlu diketahui dan dipahami oleh para guru dalam mengetahui dan memahami aspek psikologis para peserta didik di kelas agar proses dan hasil pembelajaran yang dikelola di kelas dapat mencapai tujuannya secara maksimal dan optimal.
Banyak masalah-masalah yang dihadapi oleh para guru dalam proses pendidikan di kelas. Masalah-masalah tersebut merupakan masalah psikologis peserta didik yang sangat mempengaruhi proses pembelajaran di kelas, sehingga perlu diketahui dan dipahami oleh para calon guru dan para guru yang telah mengajar dan mendidik dikelas. Adapun gejala aktivitas umum jiwa peserta yang perlu menjadi perhatian bagi para guru ialah mencakup yaitu:
1. Perhatian Peserta Didik
Perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran kelas diartikan sebagai pemusatan tenaga jiwa peserta didik yang tertuju kepada sajian materi yang dijelaskan oleh guru pada saat proses pembelajaran di kelas sedang berlangsung, Perhatian belajar yang dimilki oleh peserta didik dan manusia pada umumnya dibagi atas beberapa macam, yaitu perhatian insentif dan tidak insentif, perhatian spontan dan perhatian sekehendak, perhatian terpencar, perhatian terpusat, dan perhatian campuran (Manrihu (1989:18-19).
Dilihat dari subjek yang memperhatikan, maka hal-hal yang menarik perhatian ialah jika semua hal tersebut bersangkut paut dengan pribadi subjek, yaitu berupa: (1) pekerjaan yang sedang pribadi subjek, yaitu berupa (2) pekerjaan yang sedang dikerjakan menentukan perhatian, (3) keinginan menentukan perhatian, (4) perasaan menentukan perhatian, dan (5) yang berhubungan dengan pengalaman atau kebiasaan akan menentukan dengan pengalaman atau kebiasaan akan menentukan perhatian (La Sulo, 1990:19).
Dengan memperhatikan berbagai faktor yang menarik perhatian belajar peserta didik di kelas yang menyebabkan peserta didik akan tertarik dalam melakukan aktivitas belajar sehingga peserta didik tidak merasa bosan atau jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas.

2. Motivasi belajar
Faktor motivasi secara umum dan motivasi belajar secara khusus merupakan gejala aktivitas jiwa manusia yang sangat diperlukan oleh manusia dan peserta didik khususnya dalam mengarungi kehidupan yang sarat dengan persaingan. Manusia secara umum dan peserta didik secara khusus yang memiliki motivasi hidup yang rendah akan memiliki kinerja, produktivitas, kreativitas, dan inovasi yang rendah. Akibatnya mereka akan tertinggal jauh dari teman atau manusia lainnya yang memiliki motivasi yang tinggi dalai menjalani hidupnya. Guru dan peserta didik sebagai bagian dari manusia pada umumnya harus memiliki motivasi yang tinggi dalam mengajar bagi guru dan dalam belajar bagi peserta didik Guru yang memiliki motivasi mengajar yang tinggi ditandai dengan beberapa karakteristik perilaku, yaitu rajin mengajar di kelas, bergairah dalam mengajar, aktif dan kreatif data melakukan pembaruan dalam bidang pendidikan keperluan pembelajaran di kelas, berperilaku produktif inovatif dalam mengajar, dan beretos kerja tinggi sehingga tidak mengenal lelah dalam mengajar dan mudah putus jika menemukan kesulitan dalam menekuni karier sebagai pengajar dan pendidik di sekolah.
Dalam proses pembelajaran di kelas harus diperhatikan tentang apa yang mendorong siswa agar dapat dari belajar dengan baik. Dengan kata lain apa yang membuat peserta didik memiliki motivasi untuk berpikir dan memusatkan perhatian merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas belajar.
Motif/motivasi secara umum juga dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Sardiman,1990:73).

3. Pikiran Peserta Didik
Berpikir merupakan kegiatan mental atau psikis yang dilakukan oleh setiap orang pada saat mereka menghadapi suatu masalah yang harus dipecahkan. Proses berpikir juga terjadi saat seseorang dihadapkan kepada berbagai pertanyaan yang harus dijawab. Kemampuan berpikir bagi setiap orang termasuk peserta didik di sekolah berbeda. perbedaan kemampuan berpikir antara individu yang satu dengan individu pada umumnya disebabkan faktor inteligensi, tingkat pengetahuan, tingkat pengalaman, tingkat pendidikan, dan berbagai faktor lainnya yang berpengaruh terhadap kemampuan berpikir individu. Berpikir sebagai aktivitas mental memiliki fungsi, yaitu: (1) membentuk pengertian, (2) pcmbentuk pandapat, dan (3) pembentukan kesimpulan atau keputusan; (La Sulo, 1990:28). Ada dua jenis proses berpikir yang dapat dilakukan indidivu, yaitu jenis berpikir divergen dan konvergen. berpikir konvergen yaitu cara berpikir yang umum dilakukan oleh individu pada umumnya dan bersifat rutin, sedangkan jenis berpikir divergen yaitu jenis berpikir yang inovatif, kreatif, dan produktif yang selalu pemecahan masalah dari berbagai alternatif pemecahan masalah (La Sulo, 1990:29). Jenis berpikir divergen merupakan jenis berpikir yang kompleks yang dituntut pada individu di era globalisasi agar dapat tetap eksis dan solid dalam era kompetisi global.

4. Perasaan Peserta Didik
Perasaan ialah gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan dengan fungsi mengenal dan dialami dalam kualitas senang dan tidak senang dalam itu berbagai taraf. Perasaan ini terdiri dari berbagai jenis, yaitu perasaan jasmaniah (perasaan tingkat rendah) berupa perasaan indera dan perasaan vital. Perasaan indera seperti sedap, manis, dan sebagainya, dan perasaan vital, yaitu perasaan yang berhubungan dengan keadaan jasmani seperti segar, letih, dan sebagainya (La Sulo, 1990:30). Sedangkan perasaan rohaniah (perasaan tingkat tinggi), yaitu perasaan intelektual, misalnya merasa senang kalau lulus ujian, perasaan keindahan, perasaan sosial, perasaan kesusilaan, perasaan keagamaan, dan perasaan harga diri. Faktor perasaan peserta didik perlu diperhatikan oleh guru di kelas. Dengan memahami perasaan peserta didik sebagai gejala mental siswa, seorang guru akan menghindari berbagai sikap dan perilaku dan ucapan atau tutur kata yang dapat membunuh aktivitas dan kreativitas peserta didik di kelas. Sebaliknya, peserta didik tidak boleh mengorbankan perasaan guru yang dapat membunuh kreativitas dan aktivitas guru dalam mengajar di kelas.

5. Sikap Belajar Feserta Didik
Sikap belajar ialah kecenderungan peserta didik untuk merasa senang dan tidak senang dalam melakukan aktivitas belajar. Reaksi positif atau senang dan reaksi negatif atau tidak senang yang ditunjukkan oleh peserta didik di kelakukan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap belajar peserta didik tersebut ialah faktor kemampuan dan gaya mengajar guru di kelas. Selain itu, faktor metode, pendekatan, dan strategi pembelajara yang digunakan oleh guru, faktor media pembelajara sikap dan perilaku guru, suara guru, lingkungan kelas manajemen kelas, dan berbagai faktor lainnya mempengaruhi sikap peserta didik. Jika kesemua faktor-faktor tersebut pengaruh yang positif kepada peserta didik, yang terbentuk pada diri peserta didik ialah sikap belajar yang baik, yaitu peserta didik merasa senang dalam mengikuti proses pembelajaran yang dikelolah oleh guru kelas. Adapun perwujudan perilaku yang diperlihatkan oleh serta didik yang bersikap negatif atau tidak senang terhadap proses pembelajaran yang dikelolah oleh guru di kelas ialah berupa peserta didik acuh tak acuh (apatis) dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, peserta didik tidak aktif dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, peserta didik mengganggu teman sekelasnya, peserta didik mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas belajar yang diberikan oleh guru kelas, peserta didik keluar masuk kelas, dan berbagai bentuk perilaku belajar menyimpang intinya. Sedangkan perwujudan perilaku peserta didik yang sikap positif atau senang terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung di kelas ialah peserta didik, aktif, dan ulet dalam mengikuti proses pembelajaran di Jelas, peserta didik menyelesaikan tugas-tugas belajar yang diberikan kepadanya, disiplin dalam belajar, tidak keluar masuk kelas dan menghormati guru dan teman kelasnya, aktif bertanya dan menjawab pertanyaan guru, menunjukkan kerjasama yang baik dengan teman kelas dalam melakukan tugas-tugas belajar yang bersifat kelompok dan sebagainya. Para guru yang akan mengajar dan mendidik di kelas, harus dapat menumbuhkembangkan sikap pelajar positif pada diri peserta didik. Hanya dengan sikap pelajar yang baik yang terbentuk pada diri peserta didik, proses interaksi belajar mengajar di kelas dapat berlangsung cara optimal dan maksimal. Oleh karena itu, para guru dan calon guru harus memiliki belajar dan lingkungan belajar yang dapat meningkatkan sikap belajar siswa di kelas, metode untuk mengukur pengetahuan dan pemahaman tentang sikap dan permasalahannya, yang mencakup pengertian sikap, metode menumbuhkembangkan sikap belajar positif kepada peserta didik, situasi dan kondisi sikap belajar peserta didik. masalah lain yang terkait dengan sikap dan permasalahannya.

6. Ingatan Peserta Didik
Ingatan biasanya didefinisikan sebagai kecakal untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan. Ingatan yang baik memiliki beberapa ciri-ciri, yang cepat atau mudah mencamkan, setia, teguh, luas dau menyimpan, dan siap untuk memproduksi kesan-kesan dicamkan tanpa perubahan (La Sulo, 1990:25). Proses dalam ingatan ialah mencakup proses mencamkan, proses menyimpan, dan reproduksi Mencamkan ialah upaya untuk mempelajari, mengetahui dan memahami sesuatu. Menurut terjadinya, pencaman terbagi atas pencaman sekehendak dan. tidak sekehendak terjadi jika kita dengan sengaja sadar mencamkan sesuatu, dan pencaman tidak sekehedak terjadi jika kita memperoleh pengetahuan dengan tidak sengaja.
Pada diri peserta didik, proses mencamkan itu berbeda-beda antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain. Peserta Adidik yang berinteligensi tinggi, berpengetahuan, dan berpengalaman dalam melakukan aktivitas belajar cenderung memiliki kemampuan reproduksi yang cepat. Selain itu, aktivitas reproduksi (mengingat kembali) juga dipenganihi oleh faktor kemampuan mencaman dan menyimpan pesan atau materi pelajaran yang telah dipelajari oleh peserta didik

7. Fantasi Peserta Didik
Fantasi ialah kesanggupan manusia untuk membentuk anggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan¬anggapan yang sudah ada dan tanggapan baru itu tidak arus sesuai dengan benda-benda yang ada, Mengingat manfaat produk atau kehidupan manusia sangat besar, maka peranan guru dalam menumbuhkembangkan fantasi peserta didik juga ditunda besar, agar melalui fantasi, peserta didik dapat menemuk suatu ide-ide cemerlang untuk melahirkan sesuatu yang inovatif Jika para peserta didik telah dapat melakuk fantasi secara positif, bukan tidak mungkin para peserta akan dapat menemukan suatu temuan-temuan baru yang bermanfaat bagi kehidupan peserta didik itu sendiri di keluarganya serta bermanfaat bagi kehidupan manusia masyarakat. Namun telah banyak pula peserta didik dan anggota masyarakat yang korban karena proses fantasi yang tidak positif. Di sinilah peranan guru, orangtua, dan masyarakat dalam membantu, membimbing melatih, dan mengarahkan serta menyalurkan proses fantasi anak ke arah yang positif agar bermanfaat bagi dirinnya Sekolahnya, keluarganya, dan masyarakatnya dan anak dapat menencapai taraf aktualisasi diri yang optimal dan maksimal.
8. Tanggapan Peserta Didik
Tanggapan adalah tayangan yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan. Menanggapi tidak saja menghidupkan kembali apa yang telah kita amati, tetapi juga mengantisipasi yang akan datang dan mewakili yang sekarang. Tanggapan atau persepsi peserta didik dipengaruhi oleh indera yang mendasari terjadinya tanggapan itu. arena itu, persepsi peserta. didik digolongkan ke dalam beberapa tipe tanggapan, yaitu tipe tanggapan yang visual, uditif, gustatoris, dan alfaktoris. Jika Pelaksanaan proses pembelajaran di kelas dilaksanakan engan memperhatikan perbedaan individu-peserta didik dalam hal tipe persepsi yang dimiliki, maka anak berkembang dengan baik.

9. Minat Belajar Peserta Didik
Minat belajar dapat diartikan sebagai tertarik yang ditunjukkan oleh peserta didik dalam melakukan aktivitas belajar, baik di rumah, di sekolah, di masyarakat. Jika individu atau peserta didik merasa tertarik berminat dalam melakukan aktivitas belajar, maka peserta didik tersebut menunjukkan sikap dan perilaku belajar baik berupa peserta didik menunjukkan gairah yang dalam melakukan aktivitas belajar, tekun dan ulet dalam melakukan aktivitas belajar sekalipun dalam waktu yang lama, aktif, kreatif, dan produktif dalam melaksanakan aktivitas dan menyelesaikan tugas-tugas belajar, tidak mengenal lelah apalagi bosan dalam belajar, senang dan asyik dalam belajar, aktivitas belajar dianggap sebagai suatu hobi dan bagian dari hidup, dan sebagainya. Sebaliknya peserta didik yang tidak memiliki minat belajar menunjukkan sikap dan perilaku belajar yang tidak baik pula berupa acuh tak acuh dalam belajar, aktivitas dianggap sebagai suatu beban, cepat lelah dan bosan dalam belajar, dan sebagainya. Jika dicermati secara mendalam, antara minat motivasi merupakan gejala aktivitas jiwa manusia yang susah dipisahkan satu sama lain. Ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Peserta didik yang menunjukkan minat belajar yang tinggi, juga pasti menunjukkan motivasi belajar yang tinggi, faktor pencetus munculnya motivasi belajar yang tinggi pada diri peserta didik ialah faktor sikap dan minat belajar yang tinggi pada diri peserta didik. Tidak mungkin peserta didik termotivasi belajar tinggi jika peserta didik tersebut memiliki sikap belajar dan minat belajar yang tidak tinggi pula. Minat belajar peserta didik, juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor objek belajar; metode, strategi, dan pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru, sikap dan perilaku guru, media pembelajaran, fasilitas pembelajaran, lingkungan belajar, suara guru, dan lainnya.

10. Pengamatan Belajar Peserta Didik
Sebagian besar pesan dan kesan belajar yang diperoleh oleh peserta didik di kelas adalah diproses melalui pengamatan terhadap apa yang dilihat oleh mata. Pengamatan ialah suatu aktivitas jiwa untuk mengenal diri kita sendiri dan lingkungan sekitar kita dengan melihat, mendengar, membau, dan mencecapnya. Faktor pengamatan belajar peserta didik merupakan faktor yang amat penting diperhatikan oleh para calon dan guru. Proses pengamatan pada dari peserta didik terjadi melalui proses penangkapan pesan dan kesan oleh pancaindera peserta didik. Oleh karena itu, agar proses pembelajaran di kelas dapat diketahui, dipahami, dikuasai oleh peserta didik melalui proses pengamatan, Agar proses pembelajaran di kelas dapat mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan oleh guru bersama peserta didik, maka guru harus memperhatikan perbedaan-perbedaan individu dari segi tipe visual, auditif, taktil, gustative, dan alfaktoris.
Gejala gangguan pengamatan pada diri peserta didik, juga perlu mendapat perhatian oleh para peserta didik. Tidak sedikit kasus kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik di kelas adalah disebabkan karena peserta didik mengalami gangguan pengamatan.

11. Kepribadian Peserta Didik
Kepribadian didefinisikan sebagai keseluruhan kualitas dari perilaku individu yang nampak dalam karakteristik kebiasaan berekspresi, berpikir, minat, sikap, cara-cara breaksi, dan pandangan hidup individu. Faktor kepribadian peserta didik perlu mendapat perhatian dari pihak guru, karena dengan mengetahui dan memahami kepribadian setiap peserta didik, maka guru dapat menyesuaikan proses pembelajarannya di kelas sesuai dengan karakteristik kepribadian yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik. Informasi tentang karakteristik kepribadian yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik dapat menjadi dasar dan acuan bagi guru dalam menyusun program pembelajaran di kelas yang memperhatikan perbedaan individu-peserta didik. Selain itu, para para guru harus mengetahui dan memahami tentang psikologi kepribadian dan pengetahuan tentang teori kepribadian sebagai basis dalam mengetahui dan memahami tentang kepribadi manusia umumnya dan lebih-lebih lagi kepribadian peserta didik secara khusus. Freud menyatakan bahwa struktur kepribadi manusia mencakup tiga aspek, yaitu ide sebagai aspek biologis dari kepribadian, ego sebagai aspek psikologis dari kepribadian, dan super ego sebagai aspek sosiologis dari kepribadian. Ide sebagai aspek biologis dari kepribadian berisikan nafsu hidup, nafsu mati, dan tempat energi psikis. Ego sebagai aspek psikologis kepribadian berprinsip realistis, sehingga berfungsi mempersatukan kepribadian, superego yang berfungsi sesuai prinsip ideal yang mengontrol kerja ide dan ego agar bekerja sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Para guru juga perlu mengetahui tentang perkembangan kepribadian manusia. Pengetahuan tentang perkembangan kepribadian manusia tersebut, harus menjadi dasar bagi guru dalam melaksanakan proses pendidikan di kelas agar proses pendidikan yang dilakukan oleh guru sesuai dengan perbedaan perkembangan kepribadian peserta didik.

12. Inteligensi dan Bakat
Inteligensi dan bakat merupakan faktor psikologis yang turut mempengaruhi keberhasilan proses dan hasil pendidikan di sekolah. Inteligensi secara sederhana dapat diartikan sebagai "Kecerdasan". Namun, inteligensi pada hakekatnya adalah kemampuan manusia untuk berpikir. Kemampuan berpikir manusia itu sendiri berbeda-beda, yaitu ada yang kemampuan berpikirnya tinggi, sedang, dan rendah. Tingkat kemampuan berpikir manusia tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya: faktor tingkat inteligensi yang dimiliki (skor intelligence quotient) ialah berada di atas normal 110 ke atas, tingkat pengetahuan, dan pengalaman manusia. Manusia yang memiliki tingkat pengetahuan dan pengalaman yang tinggi cenderung kemampuan berpikirnya juga tinggi karena telah ditempa dan diterpa oleh berbagai pengetahuan dan pengalaman yang menuntut pemikiran. Oleh karena itu, untuk mengembangkan dan meningkatkan inteligensi peserta didik, para guru di sekolah harus memberikan tugas-tugas belajar yang menantang peserta didik untuk berpikir kompleks dan keritis. Selain itu, para harus memberikan banyak pengalaman yang menantang peserta didik dengan harapan peserta didik terlatih dan terbiasa untuk berpikir dalam mencari jalan keluar suatu persoalan sehingga membuahkan suatu pengalaman yang berharga bagi peserta didik. Selain faktor inteligensi yang perlu mendapat perhatian bagi para calon guru dan para guru dalam membelajarkan peserta didik di kelas, faktor bakat juga perlu diperhatikan. Para calon guru dan para guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang bakat peserta didik agar dapat membelajarkan peserta didik sesuai dengan, bakat yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik, mereka dapat mencapai aktualisasi diri sesuai dengan bakat yang dimiliki.
Bakat didefinisikan sebagai potensi bawaan yang dibawa seseorang sejak ia dilahirkan dan perkembangannya dipengaruhi oleh lingkungan. Bakat yang dibawa seseorang sejak ia dilahirkan masih belum berkembang, sehingga perlu diaktualisasikan melalui bantuan proses pendidikan di sekolah. Para guru di sekolah perlu mengetahui secara dini tentang bakat yang dimiliki oleh masing-masing anak didiknya sebagai acuan untuk memberikan proses pendidikan yang menunjang perkembangan bakat anak. Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mengetahui bakat pada diri peserta didik ialah dengan melakukan tes bakat pada anak didik dan mengobservasi kemampuan dan keterampilan menonjol yang diperlihatkan anak melalui aktivitas dan perilaku di rumah, di sekolah, dan di masyarakat.

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Manajemen Kelas Di SD
Keberhasilan siswa dalam belajar sangat ditentukan oleh strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Guru dituntut untuk memahami komponen-komponen dasar dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk paham tentang filosofis dari mengajar dan belajar itu sendiri. Mengajar tidak hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan, akan tetapi juga sejumlah perilaku yang akan menjadi kepemilikan siswa. Pengaturan metode, strategi, dan kelengkapan dalam pengajaran adalah bagian dari kegiatan manajemen pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru. Untuk mewujudkan manajemen kelas di Sekolah Dasar, lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat akan mendukung meningkatnya intensitas pembelajaran siswa dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran. Manajemen kelas di Sekolah Dasar tidak hanya pengaturan belajar, fasilitas fisik dan rutinitas, tetapi menyiapkan kondisi kelas dan lingkungan sekolah agar tercipta kenyamanan dan suasana belajar yang efektif. Oleh karena itu, sekolah dan kelas perlu dikelola secara baik, dan menciptakan iklim belajar yang menunjang. Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan yang utama. Peranan guru adalah menciptakan serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya. (Wrightman, 1977)
Berbagai faktor yang menyebabkan merumitan dalam pengelolaan kelas secara umum dibagi menjadi dua faktor yatu : faktor interen siswa dan eksteren siswa. Faktor interen siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran dan prilaku. Kepribadian siswa dengan ciri-ciri khusunya masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari segi aspek, yaitu perbedaan biologis, intelektual dan psikologis. Sedangkan faktor ekstern siwa terkait dengan pengelolaan suasana laingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, kurikulum belajar. Jumlah siswa dikelas. Masalah siswa di kelas misalnya dua puluh orang ke atas cenderung lebih mudah terjadi koflik.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa terjadinya kekacauan di kelas disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu intern dan eksteren siswa dan untuk mengatasi terjadinya kekacauan di kelas diperlukan adanya usaha dari guru dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas.
Tujuan Manajemen Kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan, baik secara umum maupun khusus. Secara umum tujuan Manajemen Kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa untuk belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap, serta apresiasi para siswa.
Adapun tujuan dari Manajemen Kelas adalah sebagai berikut :
a. Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal, sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
b. Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa dalam pelajarannya. Dengan Manajemen Kelas, guru mudah untuk melihat dan mengamati setiap kemajuan/ perkembangan yang dicapai siswa, terutama siswa yang tergolong lamban.
c. Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk dibicarakan dikelas demi perbaikan pengajaran pada masa mendatang.
Jadi, Manajemen Kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi didalam kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan kemampuannya. Kemudian, dengan Manajemen Kelas produknya harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Sedangkan tujuan Manajemen Kelas secara khusus dibagi menjadi dua yaitu tujuan untuk siswa dan guru. Tujuan Untuk Siswa:
a. Mendorong siswa untuk mengembangkan tanggung-jawab individu terhadap tingkah lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri sendiri.
b. Membantu siswa untuk mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan dan bukan kemarahan.
c. Membangkitkan rasa tanggung-jawab untuk melibatkan diri dalam tugas maupun pada kegiatan yang diadakan.
Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pada Manajemen Kelas adalah agar setiap anak dikelas dapat bekerja dengan tertib, sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Tujuan Untuk Guru:
a. Untuk mengembangkan pemahaman dalam penyajian pelajaran dengan pembukaan yang lancar dan kecepatan yang tepat.
b. Untuk dapat menyadari akan kebutuhan siswa dan memiliki kemampuan dalam memberi petunjuk secara jelas kepada siswa.
c. Untuk mempelajari bagaimana merespon secara efektif terhadap tingkah laku siswa yang mengganggu.
d. Untuk memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif yang dapat digunakan dalam hubungan dengan masalah tingkah laku siswa yang muncul didalam kelas.
Maka dapat disimpulkan bahwa agar setiap guru mampu menguasai kelas dengan menggunakan berbagai macam pendekatan dengan menyesuaikan permasalahan yang ada, sehingga tercipta suasana yang kondusif, efektif dan efisien.
Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal
• Memodifikasi tingkah laku
Modifikasi tingkah laku adalah menyesuaikan bentuk-bentuk tingkah laku kedalam tuntutan kegiatan pemebelajaran sehingga tidak muncul prototyfe pada diri anak tentang peniruan perilaku yang kurang baik.
• Pengelolaan kelompok
Kelompok kecil ataupun kelompok belajar di kelas adalah merupakan bagaian dari pencapaian tujuan pembelajaran dan strategi yang terapkan oleh guru. Kelompok juga bias muncul secara informal seperti teman bermain, teman seperjalanan, teman karena gender dan lain-lain. Untuk kelancaran pembelajaran dan pencapaiant ujuan pembelajaran maka kelompok yang ada dikelas itu harus di kelola dengan baik oleh guru.
• Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah. Permasalahan memiliki sifat perennial (akan selalu ada) dan nurturan effect, oleh karena itu permasalahan akan muncul didalam kelas kaitannya dengan interaksi dan akan diikuti oleh damapak pengiring yang besar bila tidak bias diselesaikan. Guru harus dapat mendeteksi permasalahan yang mungkin muncul dan dengan secepatnya mengambil langkah penyelesaian sehingga ada solusi untuk masalah tersebut.

Faktor Negatif yang mempengaruhi proses manajemen kelas di SD
Beberapa kekeliruan yang perlu dihindari guru dalam mempraktekkan keterampilan mengelola kelas adalah :
1) Campur tangan yang berlebihan, campur tangan yang berlebihan dari guru kepada setiap perilaku kedirian siswa akan memberikan dampak yang kurang baik, oleh karena itu campur tangan dilakukan sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pendidik di kelas.
2) Kesenyapan, proses kesenyapan memang diperlukan di kelas tapi tidak merupakan kegiatan yang berjalan dengan akumulasi yang cukup panjang, karena dapat menimbulkan perilaku yang berlebihan dari siswa dan dimanfaatkan untuk berinteraksi dengan teman lainnya.
3) Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan, awal dan akhir kegiatan adalah hal yang krusial bagi guru. Awal adalah pembuka jalan dalam mengorganisasikan pikiran anak untuk menemukan dan melakukan berbagai hal di kelas terutama kaitannya dengan tugasnya dan akhir adalah bentuk akumulasi tentang pemahaman atas kegiatan dan kegiatan lanjutan yang akn dilakukan siswa.
4) Penyimpangan, bentuk perilaku yang menyimpang baik secara individual maupun kaitannya dalam pelaksanaan pembelajaran.
5) Bertele-tele, kata atau kalimat yang bertele-tele dan kegiatan yang bertele-tele akan menimbulkan kebosanan dan ketidak nyamanan ketika hal itu tertuju pada satu orang saja atau pada satu pokok bahasan saja.
6) Pengulangan penjelasan yang tidak perlu, banyak hal yang baru bagi siswa yang dapat disampaikan, dan banyak hal lainnya yang juga memerlukan pengulangan. Prinsipnya adalah dimana ketika terjadi proses pengulangan adalah bentuk untuk mengkaitkan pokok bahasan, menegaskan, dan mencontohkan. Karena pengulangan biasa memunculkan persepsi yang kurang baik pada diri siswa, mungkin akan muncul anggapan bahwa guru tidak bias mengajar.

C. Pendekatan Psikologi Dalam manajemen Kelas Di SD
Pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru dalam Manajemen Kelas akan sangat dipengaruhi oleh pandangan guru tersebut terhadap tingkah laku siswa, karakteristik watak dan sifat siswa, dan situasi kelas pada waktu seorang siswa melakukan penyimpangan. Dibawah ini terdapat beberapa pendekatan yang didasarkan atas studi psikologis yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam membina disiplin kelas pada siswanya. Pendekatan yang dimaksud antara lain sebagai berikut :
1) Pendekatan Modifikasi Tingkah Laku (Behavior-Modification) Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik Pendekatan ini didasarkan pada psikologi behavioristik, yang mengemukakan pendapat bahwa :
a. Semua tingkah laku yang baik atau yang kurang baik merupakan hasil proses belajar.
b. Ada sejumlah kecil proses psikologi penting yang dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya proses belajar yang dimaksud, yaitu diantaranya penguatan positif (positive reinforcement) seperti hadiah, ganjaran, pujian, pemberian kesempatan untuk melakukan aktivitas yang disenangi oleh siswa, dan penguatan negatif (negative reinforcement) seperti hukuman, penghapusan hak, dan ancaman. Penguatan tersebut masih dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Penguatan Primer, yaitu penguatan yang tanpa dipelajari seperti makan, minum, menghangatkan tubuh, dsb.
2. Penguatan Sekunder, yaitu penguatan sebagai hasil proses belajar. Penguatan sekunder ini ada yang dinamakan penguatan sosial ( pujian, sanjungan, perhatian, dsb ), penguatan simbolik (nilai, angka, atau tanda penghargaan lainnya) dan penguatan dalam bentuk kegiatan (permainan atau kegiatan yang disenangi oleh siswa yang tidak semua siswa dapat mempraktekkannya). Dilihat dari segi waktunya, ada penguatan yang terus-menerus (continue) setiap kali melakukan aktivitas, ada pula penguatan yang diberikan secara periodik (dalam waktu-waktu tertentu), misalnya setiap satu semester sekali, setahun sekali, dsb.
2) Pendekatan Iklim Sosio-Emosional (Socio-Emotional Climate) Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan siswa serta hubungan antar siswa. Pendekatan ini berlandaskan psikologi klinis dan konseling yang mempradugakan :
a. Proses Belajar Mengajar yang efektif mempersyaratkan keadaan sosio-emosional yang baik dalam arti terdapat hubungan antara pribadi guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa.
b. Guru merupakan unsur terpenting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik. Guru diperlukan bersikap tulus dihadapan siswa, menerima dan menghargai siswa sebagai manusia, dan mengerti siswa dari sudut pandang siswa sendiri. Dengan cara demikian, siswa akan dapat dikuasai tanpa menutup perkembangannya. Sebagai dasarnya, guru dituntut memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi yang efektif dengan siswa, sehingga guru dapat mendeskripsikan apa yang perlu dilakukannya sebagai alternatif penyelesaian. Didalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas. Untuk terrciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap melindungi.
3) Pendekatan Proses Kelompok (Group Process) Dalam pendekatan in, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah pengelolaan. Pendekatan ini berdasarkan pada psikologi klinis dan dinamika kelompok. Yang menjadi anggapan dasar dari pendekatan ini ialah :
a. Pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks kelompok sosial.
b. Tugas pokok guru yang utama dalam Manajemen Kelas ialah membina kelompok yang produktif dan efektif.
4) Pendekatan Elektif (Electic Approach) Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dabn inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dan atau ketiga pendekatan tersebut.
semua pendekatan tersebut, mempunyai kebaikan dan kelemahan masing-masing. Dalam arti, tidak ada salah satu pendekatan yang cocok untuk semua masalah dan semua kondisi. Setiap pendekatan mempunyai tujuan dan wawasan tertentu. Dengan demikan, guru dituntut untuk memahami berbagai pendekatan. Dengan dikuasainya berbagai pendekatan, maka guru mempunyai banyak peluang untuk menggunakannya bahkan dapat memadukannya. Pendekatan Elektik disebut juga dengan Pendekatan Pluralistik, yaitu Manajemen Kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan Proses Belajar Mengajar berjalan efektif dan efisien. Dimana guru dapat memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut, sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dari penggunaannya untuk menciptakan Proses Belajar Mengajar berjalan secara efektif dan efisien.
D. Memahami Latar Belakang Peserta Didik
Dengan mengetahui tentang latar belakang para murid, maka guru akan merasa terbantu dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Namun sangat penting untuk diingat bahwa kegiatan kelas mestinya tidak membuat guru untuk meneliti latar belakang murid untuk mengungkapkan sesuatu yang mereka tidak menyukainya. Sama artinya dengan seorang guru akan marah dan tidak menyukainya, bila ada siswa yang bertanya tentang sesuatu yang sangat prinsipil dan pribadi tentang dirinya. Sebagai seorang guru perlu sekali dan malah seharusnya mempunyai keterangan yang lengkap tentang masing-masing murid yang meliputi:
1. Latar belakang psikologi siswa yang meliputi hasil-hasil tes kecerdasan, tes perasaan, kecakapan dan lain-lain,
2. Latar belakang kemampuan siswa yang meliputi kemajuan dalam mata pelajaran yang akan diberikan dan yang berhubungan dengan itu.
3. Latar belakang kesehatan fisik siswa seperti penglihatan, pendengaran, gejala-gejala penyakit dan lain-lain.
4. Latar belakang siswa tentang pengalaman kerja, partisipasi kegiatan di dalam dan di luar kelas dan menjadi anggota organisasi di luar dan dalam sekolah.
5. Latar belakang tentang perhatian siswa terhadap pendidikan.
6. Latar belakang kehidupan anak di rumah yang meliputi status ekonomi, pendidikan orang tua susunan dalam keluarga, jabatan dan hubungan sosial orang tua di masyarakat.

E. Memahami Minat Peserta Didik
Mengenal minat siswa-siswa sangat penting, karena mereka akan merasa senang dengan materi pelajaran yang disampaikan apalagi materi tersebut sangat sesuai dengan minat mereka dan ada hubungannya dengan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka, Minat memiliki manfaat sebagai pendorong yang kuat dalam mencapai prestasi. Dengan memiliki minat belajar, peserta didik lebih memperkuat ingatan tentang pelajaran yang diberikan oleh pendidik. Dengan ingatan yang kuat, peserta didik berhasil memahami materi pelajaran yang diberikan oleh pendidik. Sehingga, tidak sulit bagi peserta didik dalam mengerjakan soal atau pertanyaan dari peserta didik. Hal tersebut menghasilkan nilai yang bagus dan meningkatkan prestasi peserta didik.
Selain itu, Minat belajar menciptakan dan menimbulkan konsentrasi dalam belajar. Peserta didik akan memiliki konsentrasi yang baik apabila dalam dirinya terdapat minat untuk mempelajari hal yang ingin mereka ketahui. Konsentrasi yang terbentuk inilah, yang mempermudah peserta didik memahami materi yang dipelajari.
Beberapa dasar pertimbangan perlunya ” memahami peserta didik ” sebagai berikut :
a. Dasar pertimbangan psikologis
bahwa suatu kegiatan akan menarik dan berhasil apabila sesuai dengan minat, bakat, kemampuan, keinginan, dan tuntutan peserta didik.
b. Dasar pertimbangan sosiologi
bahwa secara naluri manusia akan merasa ikut serta memiliki dan aktif mengikuti kegiatan yang ada.
Berhasil atau tidak peserta didik dalam belajar disebabkan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Faktor tersebut dapat berupa faktor dari dalam individu (faktor internal) seperti faktor kesehatan, bakat dan perhatian, dan faktor dari luar individu (faktor eksternal) seperti keadaan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.
1. faktor internal
Merupakan faktor yang mempengaruhi minat belajar peserta didik yang berasal dari peserta didik sendiri.
• Kesehatan
Peserta didik yang sehat jasmani dan rohani akan terdorong untuk belajar dan sebaliknya. Kesehatan jasmani yang terganggu misalnya pilek dan deman, menjadikan peserta didik tidak cepat lelah dalam belajar dan tidak memiliki semangat untuk belajar. Begitu pula dengan kesehatan rohani, peserta didik yang memiliki rasa kecewa terhadap teman atau orang tua, menimbulkan rasa malas untuk belajar dan tidak adanya konsentrasi terhadap pelajaran tersebut.
• Bakat dan intelegensi
Bakat mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakat, maka siswa akan berminat terhadap pelajaran tersebut, begitu juga intelegensi, orang yang memiliki intelegensi (IQ) tinggi, umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik, sebaliknya jika seseorang yang “IQ” nya rendah akan mengalami kesukaran dalam belajar.
• Perhatian
Untuk mencapai hasil belajar yang baik, siswa harus mempunyai perhatian terhadap materi yang dipelajarinya. Hal tersebut akan menimbulkan minat dalam diri peserta didik dan memiliki semangat dalam belajar sehingga mencapai prestasi yang bagus.
2. faktor eksternal
• keluarga
Keluarga memiliki peran yang besar dalam menciptakan minat belajar bagi anak. Seperti yang kita tahu, keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama bagi anak Cara orang tua dalam mengajar dapat mempengaruhi minat belajar anak. Orang tua harus selalu siap sedia saat anak membutuhkan bantuan terlebih terhadap materi pelajaran yang sulit ditangkap oleh anak. Dengan kata lain, oran tua harus terus mengetahui perkembangan belajar anak pada setiap hari.
• Sekolah
Pengetahuan dan pengalam yang diberikan melalui sekolah harus dilakukan dengan proses mengajar yang baik. Pendidik menyelenggarakan pendidikan dengan tetap memperhatikan kondisi anak didiknya. Dengan demikian, anak tercipta situasi yang menyenangkan dan tidak membosankan dalam proses pembelajaran. Minat belajar peserta didik, dapat tumbuh dalam lingkungan sekolah dengan baik, apabila guru memegang perannya sesuai ketentuan. Guru dapat menimbulkan minat belajar dengan memotivasi mereka, seperti memberikan hadiah pada anak yang mendapat nilai seratus. Guru juga harus pandai dalam memiliki pekerjaan rumah yang akan diberikan pada peserta didik. Pekerjaan rumah tersebut jangan sampai membuat peserta didik merasa bosan didepan soal-soal tersebut.
• Masyarakat
Kegiatan akademik, akan lebih baik apabila diimbangi dengan kegiatan di luar sekolah. Banyak kegiatan di dalam masyarakat yang dapat menumbuhkan minat belajar anak. Seperti kegiatan karang taruna. Anak dapat belajar berorganisasi di dalamnya. Tapi, orang tua perlu memperhatikan kegiatan anaknya di luar rumah dan sekolah. Sebab kegiatan yang berlebih akan menurunkan semangatnya dalam mengikuti pelajaran di sekolah.

F. Sikap Guru Di Depan Kelas
Sering terjadi suasana kelas sangat dipengaruhi oleh sikap guru yang ada di dalam kelas. Kelas menjadi gaduh, kalau guru ragu-ragu, dan kelas menjadi tenang, kalau guru berani bersikap tegas dan bijaksana, Seorang guru yang ada di depan kelas harus selalu menunjukkan sikap gembira dalam melayani para siswanya, harus pandai bersandiwara, mungkin guru dalam posisi susah, tapi janganlah menampakkan sifat itu di depan kelas. Dalam menyikapi para siswa di depan kelas. Abu Ahmadi mengemukakan bahwa, guru harus
• Berani memandang tiap-tiap murid di matanya.
• Usakanlah murid-murid bekerja sendiri
• Jangan bersikap putus asa.
• Jangan mengejek murid-murid.
• Janganlah memberikan hukuman badan.
• Ciptakanlah suasana kelas yang baik
Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupannya. Sikap mengandung tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek dan sikap terhadap objek ini disertai dengan perasaan positif dan negative. Sikap dari seorang guru adalah salah satu faktor yang menentukan bagi perkembangan jiwa anak didik selanjutnya. Karena sikap seroang guru tidak hanya dilihat dalam waktu mengajar saja, tetapi juga dilihat tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari oleh anak didiknya. Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah sebagai berikut.
1) guru bersikap wajar (tidak dibuat-buat)
2) guru tidak berlagak seperti gembala yang memelihara kambingnya
3) guru tidak menganggap murid sebagai musuhnya
4) guru tidak bergerak kaku atau meniru guru-guru yang lain yang sukses, tetapi bergeraklah sewajarnya apa adanya sesuai dengan kepribadian kita masing-masing.
5) guru boleh bergerak bebas, tidak merasa takut asal sopan.
6) guru jangan seperti patung, hanya diam diri dalam satu tempat. Kelas adalah kepunyaan guru dan murid-murid bersama,.berdirilah pada tempat dimana semua kelas dapat melihat dan mendengarkan suara guru.
7) pada waktu ujian atau tes guru jangan bersikap seperti polisi yang mengawasi maling atau seperti kucing mengintai tikus, bersikaplah santai tapi waspada.
8) guru harus bersikap respek terhadap apa yang sedang terjadi disekitarnya
9) antusias, baik terhadap kelasnya, tugasnya dan sesama yang berhubungan dengan hal mengajar
10) guru harus berbicara jelas, pasti dan dapat menghubungkan dirinya dengan murid-muridnya
11) tertarik kepada murid sebagai individu
12) memiliki pengetahuan dan sumber yang cukup
13) tidak bertindak sarkatis dan kasar.
14) Guru bersikap adil, tidak pilih kasih atau membedakan antara siswa yang satu dengan yang lainnya
15) harus menghindari kemalasan dan ketidaktetapan waktu datang kesekolah.
Adapun Sikap yang harus dihindari oleh seorang guru dalam nenyanpaikan materi pelajaran pada anak didiknya, menurut S.Nasution adalah:
1. Sikap otoriter
Sikap otoriter merupakan sikap yang selalu mengatur perbuatan anak, menggunakan paksaan dan hukuman, tidak mendidik anak menjadi manusia merdeka yang demokratis yang sanggup berdiri sendiri, sanggup memilih atas tanggung jawab sendiri. Hal ini menyebabkan anak akan bergantung pada orang lain, bila diberi kebebasan anak tidak dapat menggunakan dengan baik karena biasa diatur oleh orang lain.
2. Sikap permissive
Sikap permissive merupakan sikap lunak yang memberi kebebasan yang berlebihan kepada anak untuk berkembang sendiri. Hal ini sebenarnya tidak memberi bimbingan kepada anak dan dengan demikian sebenarnya tidak mendidik anak. Padahal sebenarnya pendidikan memerlukan pimpinan dan bimbingan dari pendidik. Sikap permissive ini merupakan kebalikan dari sikap otoriter.
3. Sikap riil
Sikap pendidik hendaknya jangan terlampau otoriter atau terlampau permissive akan tetapi bersikaplah realistis. Pendidikan memerlukan kebebasan akan tetapi juga pengendalian. Anak didik harus diberi kebebasan yang cukup tanpa diawasi ketat oleh guru. Sikap riil ini tidak terlalu otoriter dan tidak permissive

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar