PENGATURAN KONDISI KELAS DAN IKLIM BELAJAR MURID

PENGATURAN KONDISI KELAS DAN IKLIM BELAJAR MURID
A. Pengaturan Kondisi Kelas Dan Iklim Belajar
Pengelolaan kelas dalam pengembangan budaya dan iklim sekolah adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana dan kondisi belajar di dalam kelas agar menjadi kondusif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. Dengan kata lain pengelolaan kelas merupakan usaha dalam mengatur segala hal dalam proses pembelajaran, seperti lingkungan fisik dan sistem pembelajaran di kelas. Pembelajaran yang efektif membutuhkan kondisi kelas yang kondusif. Kelas yang kondusif adalah lingkungan belajar yang mendorong terjadinya proses belajar yang intensif dan efektif. Strategi belajar apapun yang ditempuh guru akan menjadi tidak efektif jika tidak didukung dengan iklim dan kondisi kelas yang kondusif. Oleh karena itu guru perlu menata dan mengelola lingkungan belajar di kelas sedemikian rupa sehingga menyenangkan, aman, dan menstimulasi setiap anak agar terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran.
Pengaturan lingkungan belajar sangat diperlukan agar anak mampu melakukan kontrol terhadap pemenuhan kebutuhan emosionalnya. Lingkungan belajar yang memberi kebebasan kepada anak untuk melakukan pilihan-pilihan akan mendorong anak untuk terlibat secara fisik, emosional, dan mental dalam proses belajar, dan karena itu, akan dapat memunculkan kegiatan-kegiatan yang kreatif-produktif. ltulah sebabnya, mengapa setiap anak perlu diberi kebebasan untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan apa yang mampu dan mau dilakukannya.
Pengelolaan kelas yang baik, dapat dilakukan dengan enam cara sebagai berikut;
1) penciptaan lingkungan fisik kelas yang kondusif
2) penataan ruang belajar sebagai sentra belajar
3) penciptaan atmosfir belajar yang kondusif
4) penetapan strategi pembelajaran dan
5) pemanfaatan media dan sumber belajar
6) penilaian hasil belajar.

Untuk lebih jelasnya, dijelaskan dalam uraian berikut.
a) Lingkungan Fisik Kelas
Lingkungan fisik di kelas meliputi pengaturan ruang belajar yang didesain sedemikian rupa sehingga tercipta kondisi kelas yang menyenagkan dan dapat menumbuhkan semangat dan keinginan untuk belajar dengan baik seperti: pengaturan meja, kursi, lemari, gambar-gambar afirmasi, pajangan hasil karya siswa yang berprestasi, alat-alat peraga, media pembelajaran dan jika perlu di iringi dengan nuansa musik yang sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan atau nuansa musik yang dapat membangun gairah belajar siswa. Design ruang kelas yang baik dimaksudkan untuk menanamkan, menumbuhkan, dan memperkuat rasa keberagamaan dan perilaku-perilaku spritual siswa. Dengan ruang kelas yang baik, para siswa dapat berkomunikasi secara bebas, saling menghormati dan menghargai pendapat masing-masing. Di samping itu, dengan ruang kelas yang tertata dengan baik, guru akan leluasa memberikan perhatian yang maksimal terhadap setiap aktivitas siswa. Pembelajaran yang efektif dapat bermula dari iklim kelas yang dapat menciptakan suasana belajar yang menggairahkan, untuk itu perlu diperhatikan pengaturan/ penataan ruang kelas dan isinya, selama proses pembelajaran. Lingkunagan kelas perlu ditata dengan baik sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang aktif antara siswa dengan guru, dan antar siswa. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menata lingkungan fisik kelas menurut Loisell (Winataputra, 2003: 9.22) yaitu:
1. Visibility ( Keleluasaan Pandangan)
Visibility artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu pula guru harus dapat memandang semua siswa kegiatan pembelajaran.
2. Accesibility (mudah dicapai)
Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain itu jarak antar tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa dapat bergerak dengan mudah dan tidak mengganggu siswa lain yang sedang bekerja.
3. Fleksibilitas (Keluwesan)
Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan yang disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti penataan tempat duduk yang perlu dirubah jika proses pembelajaran menggunakan metode diskusi, dan kerja kelompok.
4. Kenyamanan
Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas.
5. Keindahan
Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan dapat berengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk bekelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu dan memantau tingkah laku siswa dalam belajar. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal berikut perlu diperhatikan menurut Conny Semawan,dkk. (udhiezx.wordpress: 3) yaitu:
• Ukuran bentuk kelas
• Bentuk serta ukuran bangku dan meja
• Jumlah siswa dalam kelas
• Jumlah siswa dalam setiap kelompok
• Jumlah kelompok dalam kelas
• Komposisi siswa dalam kelompok (seperti siswa yang pandai dan kurang pandai, pria dan wanita).
Tempat Duduk Siswa
Tempat duduk merupakan fasilitas atau barang yang diperlukan oleh siswa dalam proses pembelajaran terutama dalam proses belajar di kelas di sekolah formal.tempat duduk dapat mempengaruhi proses pembelajaran siswa, bila tempat duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar, persegi empat panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa. Maka siswa akan merasa nyaman dan dapat belajar dengan tenang.
Bentuk dan ukuran tempat yang digunakan bermacam-macam, ada yang satu tempat duduk dapat di duduki oleh seorang siswa, dan satu tempat yang diduduki oleh beberapa orang siswa. Sebaiknya tempat duduk siswa itu mudah di ubah-ubah formasinya yang disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan pembelajaran. Untuk ukuran tempat dudukpun sebaiknya tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil sehingga mudah untuk diubah-ubah dan juga harus disesuaikan dengan ukuran bentuk kelas.
Sebenarnya banyak macam posisi tempat duduk yang bias digunakan di dalam kelas seperti berjejer ke belakang, bentuk setengah lingkaran, berhadapan, dan sebagainga. Biasanya posisi tempat duduk berjejer kebelakang digunakandalam kelas dengan metode belajar ceramah. Dan untuk metode diskusi dapat menggunakan posisi setengah lingkaran atau berhadapan. Dan sebagai alternatif penataan tempat duduk dengan metode kerja kelompok atau bahkan bentuk pembelajaran kooperatif, maka menurut Lie (2007: 52) ada beberapa model penataan bangku yang biasa digunakan dalam pembelajaran kooperatif, diantaranya seperti:
• Meja tapal kuda, siswa bekelompok di ujung meja
• Penataan tapal kuda, siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan
• Meja Panjang
• Meja Kelompok, siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan
• Meja berbaris, dua kelompok duduk berbagi satu meja
Dan masih ada beberapa bentuk posisi tempat duduk yang dapat diterapkan dalam pembelajaran kooperatif ini.
Dalam memilih desain penataan tempat duduk perlu memperhatikan jumlah siswa dalam satu kelas yang kan disesuaikan pula dengan metode yang akan digunakan.
Hal yang tidak boleh kita lupakan bahwa dalam penataan tempat duduk siswa tersebut guru tidak hanya menyesuaikan dengan metode pembelajaran yang digunakan saja. Tetapi seorang guru perlu mempertimbangkan karakteristik individu siswa, baik dilihat dari aspek kecerdasan, psikologis, dan biologis siswa itu sendiri. Hal ini penting karena guru perlu menyusun atau menata tempat duduk yang dapat memberikan suasana yang nyaman bagi para siswa
1) Pengaturan meja-kursi
Susunan meja-kursi hendaknya memungkinkan siswa-siswa dapat saling berinteraksi dan memberi keluasaan untuk terjadinya mobilitas pergerakan untuk melakukan aktivitas belajar. Meja-kursi juga hendaknya dapat digerakkan, dipindahkan, dan disusun secara fleksibel. Beri keleluasaan siswa mengatur sendiri atau memilih meja-kursinya masing-masing,
Berikut dikemukakan beberapa bentuk penataan meja-kursi yang dapat dipilih oleh guru guna meningkatkan keterlibatan dan interaksi antar siswa dalam proses pembelajaran.
a. Model huruf U
Model susunan meja-kursi model U dapat dipilih untuk berbagai tujuan. Dalam model ini, para siswa memiliki alas untuk menulis dan membaca, dapat melihat guru atau media visual dengan mudah, dan memungkinkan mereka bisa saling berhadapan langsung.
b. Model Corak Tim
Pada model ini, meja-meja dikelompokkan setengah lingkaran atau oblong di ruang tengah kelas agar memungkinkan guru melakukan interaksi dengan setiap tim (kelompok siswa). Guru dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja guna menciptakan suasana yang akrab. Siswa juga dapat memutar kursi melingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat guru atau papan tulis.
c. Model Meja Konferensi
Model ini cocok jika meja relatif persegi panjang. Susunan ini mengurangi dominasi pengajar dan meningkatkan keterlibatan siswa.
d. Model Lingkaran
Dalam model ini, tempat duduk siswa disusun dalam bentuk lingkaran sehingga mereka dapat berinteraksi berhadap-hadapan secara langsung. Model lingkaran seperti ini cocok untuk diskusi kelompok penuh.
e. Model Fishbowl
Susunan ini memungkinkan guru melakukan kegiatan diskusi untuk menyusun permainan peran, berdebat, atau mengobservasi aktivitas kelompok. Susunan yang paling khusus terdiri atas dua konsentrasi lingkaran kursi. Guru juga dapat meletakkan meja pertemuan di tengah-tengah, dikelilingi oleh kursi-kursi pada sisi luar.
f. Model Breakout groupings
Jika kelas cukup besar atau jika ruangan memungkinkan, letakkan meja-meja dan kursi di mana kelompok-kelompok kecil siswa dapat melakukan aktivitas belajar yang didasarkan pada tugas tim. Tempatkan susunan pecahan-pecahan kelompok saling berjauhan sehingga tim-tim itu tidak saling mengganggu.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan berikut ini dalam menerapkan model ini.
a) Pengaturan meja-kursi sebaiknya dapat digerakkan, dipindahkan, dan disusun secara fleksibel.
b) Memberikan keleluasaan siswa mengatur sendiri atau memilih meja-kursinya masing-masing, walaupun mungkin akan tampak acak-acakan dan tidak beraturan.
c) Susunan meja-kursi yang baik adalah yang memungkinkan siswa dapat saling berinteraksi dan memberi keluasaan untuk terjadinya mobilitas pergerakan untuk melakukan aktivitas belajar. Prinsip pokok yang perlu diperhatikan dalam pengaturan meja-kursi adalah tatanan mana yang dapat menstimulasi dan mempertahakan tingkat keterlibatan belajar yang tinggi.
2. Pemajangan gambar dan warna
Pemajangan gambar dan pemilihan warna perlu mempertimbangkan saran-saran berikut.
a. Siswa perlu dilibatkan dalam pengadaan dan penataan pajangan-pajangan yang dibutuhkan dalam kelas. Siswa, misalnya, dapat diminta membuat gambar, poster, motto, puisi, atau petikan ayat, hadis, dan pesan tokoh tertentu, untuk dipilih dan dipajang dalam kelas.
b. Guna menghindari kejenuhan terhadap gambar dan isi poster afirmasi yang sama, guru perlu secara priodik mengganti gambar-gambar atau poster-poster tersebut.
c. Guna mengoptimalkan penataan ruang, maka hasil-hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas. karya-karya terpilih siswa yang dipajang dapat berfungsi sebagai reward dan praise yang dapat memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain.

3. Ventilasi dan pengaturan cahaya
Suhu, ventilasi dan penerangan (kendati pun guru sulit mengatur karena sudah ada) adalah aset penting untuk terciptamya suasana belajar yang nyaman. Oleh karena itu, ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa.
4. Pengaturan penyimpanan barang-barang
Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai kalau segera diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan belajar. Barang-barang yang karena nilai praktisnya tinggi dan dapat disimpan di ruang kelas seperti buku pelajaran, pedoman kurikulum, kartu pribadi dan sebagainya, hendaknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu gerak kegiatan siswa.Tentu saja masalah pemeliharaan juga sangat penting dan secara periodik harus dicek dan recek. Hal lainnya adalah pengamanan barang-barang tersebut. Baik dari pencurian maupun barang-barang yang mudah meledak atau terbakar. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penciptaan lingkungan fisik tempat belajar adalah kebersihan dan kerapihan. Seyogyanya guru dan siswa turut aktif dalam membuat keputusan mengenai tata ruang, dekorasi dan sebagainya.

(www.khusnuridlo.net/2010/.../strategi-pengelolaan-kelas-dalam.html -)
(sdnpondokbambu10pagi.wordpress.com/.../penataan-tempat-duduk-siswa-sebagai-bentuk-pengelolaan-kelas/)

B. Kondisi Yang Mempengaruhi Penciptaan Iklim yang Kondusif
Lingkungan sistem pembelajaran meliputi berbagai hal yang dapat memperlancar proses belajar mengajar dikelas seperti: Kompetensi dan kreativitas guru dalam mengembangkan materi pembelajaran, penggunaan metode dan strategi belajar yang bervariasi, pengaturan waktu dalam proses belajar mengajar dan pengunaan media dan sumber pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran serta penentuan evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa. Keselurahan aspek yang dijelaskan di atas didesain sedemikian rupa dalam proses pembelajaran.
Yang menjadi penekanan dalam penciptaan atmosfir belajar yang kondusif adalah penciptaan suasana pembelajaran yang (1) menyenangkan, (2) mengasyikkan, (3) mencerdaskan, dan (4) menguatkan.

1. Menyenangkan dan mengasyikkan
Menyenangkan dan mengasyikkan terkait dengan aspek afektif perasaan. Guru harus berani mengubah iklim dari suka ke bisa. Guru hendaknya dapat mengundang dan mencelupkan siswa pada suatu kondisi pembelajaran yang disukai dan menantang siswa untuk berkreasi secara aktif. Rancangan pembelajaran terpadu dengan materi pembelajaran yang kontekstual harus dikembangkan secara terus menerus dengan baik oleh guru. Untuk keperluan itu guru-guru dilatih:
a. bersikap ramah
b. membiasakan diri selalu tersenyum
c. berkomunikasi dengan santun dan patut
d. adil terhadap semua siswa
e. senantiasa sabar menghadapi berbagai ulah dan perilaku siswanya.
f. menciptakan kegiatan belajar yang kreatif melalui tema-tema yang menarik yang dekat dengan kehidupan siswa.

2. Mencerdaskan dan menguatkan
Mencerdaskan bukan hanya terkait dengan aspek kognitif, melainkan juga dengan kecerdasan majemuk (multiple intelligence). Tidak kalah pentingnya adalah bagaimana guru dapat mengalirkan pendidikan normatif ke dalam mata pelajaran sehingga menjadi adaptif dalam keseharian anak. Inilah yang merupakan tujuan utama dari fundamen pendidikan kecakapan hidup (life skill). Oleh karena itu, guru dilatih:
a. Memilih tema-tema yang dapat mengajak anak bukan hanya sekedar berpikir, melainkan juga dapat merasa dan bertindak untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
b. Teknik-teknik penciptaan suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran, karena jika anak senang dan asyik, tentu saja bukan hanya kecerdasan yang diperoleh, melainkan juga mekarnya “kepribadian anak” yang menguatkan mereka sebagai pembelajar.
c. Memberikan pemahaman yang cukup akan pentingnya memberikan keleluasaan bagi siswa dalam proses pembelajaran.
d. Jangan terlalu banyak aturan yang dibuat oleh guru dan harus ditaati oleh anak akan menyebabkan anak-anak selalu diliputi rasa takut dan sekaligus diselimuti rasa bersalah.
Beberapa praktik penciptaan atmosfir belajar yang baik (good practice) dikemukakan berikut ini.
a. Sebelum memulai pelajaran, dengan sikap yang ramah dan penuh senyuman guru menyapa beberapa orang siswa dan menanyakan mengenai keadaan dan kesiapan masing-masing siswa untuk belajar. Bahkan ada guru yang membuka pelajaran diawali dengan nyanyian pendek dan selanjutnya menugaskan seseorang siswa melanjutkan lagu tersebut.
b. Di awal pelajaran, guru membiasakan siswa untuk berdoa secara bersama agar Tuhan senantiasa memberikan kesehatan dan kemudahan dalam memahami pelajaran. Selanjutnya, guru juga tidak lupa memberikan pencerahan-pencerahan rohani kepada para siswa agar mereka senantiasa saling menghormati dan menghargai, kejujuran dan tanggung jawab bagi setiap tugas yang diberikan.
c. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru senantiasa mengembangkan bentuk komunikasi yang efektif, agar siswa dapat bertanya atau mengemukakan pendapat dalam suasana yang menyenangkan dan merasa tidak tertekan, tidak takut atau merasa bersalah.

Kondisi Sosio-Emosional
Kondisi sosio emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan siswa dan efektifitas tercapainya tujuan pengajaran. Kondisi sosio-emosional tersebut meliputi :
a. Tipe kepemimpinan
Peranan guru dan tipe kepemimpinan guru akan mewarnai suasana emosional di dalam kelas. Apakah guru melaksanakan kepemimpinannya secara demokratis, laisez faire atau demokratis. Kesemuanya itu memberikan dampak kepada peserta didik. Tipe kepemimpinan guru, artinya adalah fungsi yang melakat pada guru ketika berada dalam kelas. Gaya apa yang muncul ketika guru melaksanakan peran sebagai pemimpin dalam pembelajaran di kelas. Apakah gaya otoriter segala sesuatunya diatur dan diarahkan oleh sendiri dan siswa tidak diberikan kesempatan untuk terlibat didalamnya, atau gaya demokrasi dimana terjadi proses timbal balik antara guru dan murid sesuai dengan peranannya masing-masing.

b. Sikap guru
Sikap guru dalam menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku siswa akan dapat diperbaiki. Kalaupun guru terpaksa membenci, bencilah tingkah lakunya bukan membenci siswanya. Terimalah siswa dengan hangat sehingga ia insyaf akan kesalahannya. Berlakulah adil dalam bertindak. Ciptakan satu kondisi yang menyebabkan siswa sadar akan kesalahannya sehingga ada dorongan untuk memperbaiki kesalahannya. sikap yang diperlihatkan oleh guru di depan kelas atau di luar kelas yang akan mempengaruhi mood anak, apakah anak merasa tertarik dengan sikap guru atau malah tidak tertarik. Sikap yang baik sebagai seorang guru, bapak/ibu, kakak, orang dewasa yang memberikan bimbingan tentunya adalah hal yang paling baik diperlihatkan
c. Suara guru
Suara guru, walaupun bukan faktor yang besar, turut mempengaruhi dalam proses belajar mengajar. Suara yang melengking tinggi atau senantiasa tinggi atau malah terlalu rendah sehingga tidak terdengar oleh siswa akan mengakibatkan suasana gaduh, bisa jadi membosankan sehingga pelajaran cenderung tidak diperhatikan. Suara hendaknya relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh dan kedengarannya rileks cenderung akan mendorong siswa untuk memperhatikan pelajaran, dan tekanan suara hendaknya bervariasi agar tidak membosankan siswa.
d. Pembinaan hubungan baik (raport)
Pembinaan hubungan baik (raport) antara guru dan siswa dalam masalah pengelolaan kelas adalah hal yang sangat penting. Dengan terciptanya hubungan baik guru-siswa, diharapkan siswa senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat, bersikap optimistik, relaistik dalam kegiatan belajar yang sedang dilakukannya serta terbuka terhadap hal-hal yang ada pada dirinya. Pembinaan hubungan baik, hubungan antara guru dengan murid harus dibangun berdasarkan fungsi masing-masing dalam konteks belajar mengajar dikelas, akan tetapi apabila memungkinkan dapat juga dibangun sifat-sifat kekeluargaan dan keakraban yang menyebabkan siswa merasa nyaman dan aman berhubungan seperti dengan ibu dan bapaknya dirumah.
e. Kondisi Organisasional
Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik tingkat kelas maupun tingkat sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Dengan kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua siswa secara terbuka sehingga jelas pula bagi mereka, akan menyebabkan tertanamnya pada diri setiap siswa kebiasaan yang baik. Di samping itu mereka akan terbiasa bertingkah laku secara teratur dan penuh disiplin pada semua kegiatan yang bersifat rutin itu. Kegiatan rutinitas tersebut anatar lain:
a. Pergantian pelajaran, ketika terjadi penggantian dalam pelajaran harus disikapi oleh guru karena dalam proses ini ada jeda (kekosongan) yang memungkinkan terjadinya interaksi yang tidak diharapkan dari siswa dengan siswa lainnya. Perlu disikapi dengan arif bahwa ketika mengahiri pelajaran guru tidak terlalu cepat karena guru selanjutnya apakah sudah tiba dan apabila belum maka masa jeda itu terlalu lama.
b. Guru berhalangan hadir, guru yang berhalangan hadir akan menyebabkan terjadinya kekosongan dalam proses belajar mengajar. Untuk menghindari terjadinya keributan atau perilaku-perilaku yang tidak diharapkan dari siswa seperti berlarian kesanaha kemari menggangu kelas lain, dan menimbulkan kerusakan pada fasilitaskelas, maka guru piket harus paham apa yang terjadi dan mempersiapkan diri untuk menutup ketidakhadiran tersebut.
c. Masalah antar siswa, masalah antar siswa biasanya terjadi karena kondisi emosional yang tidak terkendali dan tidak terorganisasikan oleh guru. Guru harus memahami karakteristik dan potensi guru sehingga dapat dipahami keseluruhan perilaku masing-masing dan menekan munculnya konflik diantaranya.
d. Upacara bendera, pada saat upacara bendera siswa harus diorganisasikan berdasarkan tingkatan kelas sehingga mereka dapat tertib mengikuti kegiatan upacara bendera.
e. Kegiatan lain ; kesehatan dan kehadiran siswa, penyampaian informasi dari sekolah kepada guru dan siswa, peraturan sekolah yang baru, kegiatan rekreasi dan social


(www.khusnuridlo.net/2010/.../strategi-pengelolaan-kelas-dalam.html -)
(file.upi.edu/ai.php?dir=Direktori/A%20-%20FIP/JUR.../&file...pdf)






C. Prinsip-Prinsip Mengajar yang Efektif
Ketika mengajar adalah hal yang kompleks dan karena murid-murid itu bervariasi, maka tidak ada cara tunggal untuk mengajar yang efektif untuk semua hal. Guru harus menguasai beragam perspektif dan strategi, dan harus bisa mengaplikasikannya secara fleksibel. Hal yang dibutuhkan dua hal utama yaitu: (1) Pengetahuan dan keahlian profesional; (2) komitmen dan motivasi. Guru yang efektif memiliki strategi pengejaran yang baik dan didukung oleh metode penetapan tujuan, perencanaan pengajaran, dan manajemen kelas. Mereka tahu bagaimana memotivasi, berkomunikasi, dan berhubungan secara efektif dengan murid-murid dari berbagai latar belakang kultural.
1. Penguasaan Materi Pelajaran
Guru yang efektif harus berpengetahuan, fleksibel, dan memahami materi. Tentu saja, pengetahuan subjek materi tidak hanya mencakup fakta, istilah, dan konsep umum. Ini juga membutuhkan pengetahuan dasar pengorganisasian materi, mengkaitkan berbagai gagasan, cara berpikir dan berargumentasi.
2. Strategi Pengajaran
Dalam hal ini bagaimana guru dapat membuat pengajaran materi dapat dikuasai oleh murid. Pada pendidikan model lama (tradisional) terlalu menekankan murid harus duduk diam, menjadi pendengar pasif dan menyuruh murid untuk menghafal informasi yang relevan dan tidak relevan. Kemudian berganti pada prinsip konstruktivisme, yaitu menekankan agar murid secara aktif menyusun dan membangun pengetahuan dan pemahamannya. Namun tidak semua ahli setuju dengan cara di atas, tetapi yang terpenting adalah walaupun anda menggunakan salah satu strategi di atas, masih banyak hal yang harus diketahui, hal-hal yang memberikan pengaruh dalam pengajaran yang efektif.



3. Penetapan Tujuan dan Keahlian Perencanaan Instruksional
Guru yang efektif tidak sekadar mengajar di kelas, entah dia menggunakan perspektif tradisional atau konstruktivisme di atas. Mereka juga harus menentukan tujuan pembelajaran dan menyusun rencana untuk mencapai tujuan itu.
4. Keahlian Manajemen Kelas
Aspek penting lainnya untuk menjadi guru yang efektif adalah mampu menjaga kelas tetap aktif bersama dan mengorientasikan kelas ke tugas-tugas. Guru yang efektif dapat mempertahankan lingkungan belajar yang kondusif.
5. Keahlian Motivasional
Guru yang efektif mempunyai strategi yang baik untuk memotivasi murid agar mau belajar. Guru yang efektif tahu bahwa murid akan termotivasi saat mereka bisa memilih sesuatu yang sesuai dengan minatnya. Guru yang baik akan memberi kesempatan murid untuk berpikir kreatif dan mendalam untuk proyek mereka sendiri.
6. Keahlian Komunikasi
Hal yang perlu diperlukan untuk mengajar adalah keahlian dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal, memahami komunikasi non verbal dari murid, dan memapu memecahkan konflik secara konstruktif.
7. Bekerja secara efektif dengan murid dari berbagai kultur yang berbeda
Guru yang efektif harus mengetahui dan memahami anak dengan latar belakang kultural yang berbeda-beda, dan sensitif terhadap kebutuhan mereka. Mendorong murid satu dengan murid yang lain untuk berhubungan positif.
8. KOMITMEN DAN MOTIVASI
Menjadi guru yang efektif juga membutuhkan komitmen dan motivasi. Aspek ini mencakup sikap yang baik dan perhatian kepada murid. Komitmen sangat dibutuhkan dalam pengajaran, bagaimana guru memberikan tenaga dan pikiran untuk memberikan pengajaran yang dapat diterima oleh murid dengan baik. Guru yang efektif juga mempunyai kepercayaan diri terhadap kemampuan mereka dan tidak akan membiarkan emosi negatif melunturkan motivasi mereka.

Mengajar yang efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar yang efektif. Prinsip mengajar yang efektif.
a. Konteks
Konteks yang baik meliputi :
1. dapat membuat pelajar menjadi lawan berionteraksi secara dinamis dan kuat
2. terdiri dari pengalaman actual dan konkret
pengalaman konkret yang dinamis merupakan alat untuk menyusun pengertian, bersifat sederhana, dan pengalaman itu dapat ditiru untuk diulangi.
b. Fokus
Untuk mencapai pembelajaran yang efektif, harus dipilih focus yang memiliki ciri-ciri
1. Memobilisasi tujuan
2. memberi bentuk dan uniformitas pada belajar
3. Mengorganisasi belajar sebagai suatu proses eksplorasi dan penemuan.
c. Sosialisasi
Kondisi social pada suatu kelas banyak sekali pengaruhnya terhadap proses belajar yang sedang berlangsung di kelas tersebut.
d. Individualisasi
Dalam mengorganisasikan kelas guru harus memperhatikan taraf kesanggupan siswa dan merangsangnya untuk menentukan bagi dirinya sendiri apa yang dapat dilakukan dengan baik.
e. Urutan
Bila hendak mencapai belajar yang otentik, organisasi rangkaian atau urutan dari belajar dengan penuh makna harus dengan sendirinya bermakna pula.
f. Evaluasi
Evaluasi sebagai suatu alat untuk mendapatkan cara-cara melaporkan hasil-hasil pelajaran yang dapat dicapai dan dapat memberi laporan tentang siswa kepada siswa itu sendiri serta kepada orang tuannya dan kita pelaku pembelajaran.

(file.upi.edu/ai.php?...Copy%20(4)%20of%20MODUL%20MANAJEMEN%20KELAS)
(ninaekasari.blogspot.com/2010/.../cara-mengajar-yang-efektif.html)

D. Indikator kelas yang menyenangkan
Kelas adalah lingkungan sosial bagi anak/siswa, dimana di dalam kelas terjadi proses interaksi baik siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Di dalam kelas juga terjadi kontak secara fisik dimana siswapun akan berhubungan dengan segala fasilitas yang ada di dalam kelas. Oleh karena itu kelas harus di disain sedemikian rupa oleh guru sehingga kelas merupakan lingkungan yang menyenagkan bagi siswa dalam tugas dan peranannya di dalam kelas sebagai peserta didik dan tugas serta peranannya dalam perkembangan disik maupun emosionalnya. Oleh karena itu kelas harus memenuhi syarat-syarat yang menggambarkan sebagai kelas yang baik dan menyenangkan:
- Kelas itu harus rapi, bersih, sehat dan tidak lembab
- Kelas harus memiliki/memperoleh cukup cahaya yang meneranginya
- Sirkulasi udara dari dalam dan luar kelas harus cukup
- Perabot dalam keadaan baik, cukup jumlahnya dan ditata dengan rapi
- Jumlah siswa tidak melibihi dari 40 orang.

Kelas nyaman meliputi
- Penataan ruang kelas, kelas menjadi terasa nyaman sebagai tempat untuk belajar dan bermain bagi siswa bila ruangan kelas tertata dengan rapi. Penempatan setiap fasilitas dalam kelas mengiuti asas estetis (keindahan) dan asas safety (keamanan)
- Penataan perabot kelas, kelas yang nyaman dimana perabot kelas yang dimiliki tidak harus mahal akan tetapi perabit tersebut ditempatkan pada tempat yang tepat sehingga tidak menggangu kegiatan belajar dan dari sisi kebersihan terjaga dengan baik, serta tidak menimbulkan rasa tidak aman bagi siswa.

Dalam buku Quantum Teaching , Bobbi de Porter , Mark Reardon dan Sarah Singer – Nourie, menyatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu dibangun untuk menciptakan suasana kelas yang refresh dan menyenangkan adalah sebagai berikut :
1. Niat / Keyakinan
Niat kuat / keyakinan seorang guru , atau kepercayaannya akan kemampuannya dan motivasi siswa haruslah terlihat jelas saat pembelajaran berlangsung . Guru harus ber anggapan bahwa anak didiknya adalah anak – anak jenius dan pintar dan dirinyapun adalah guru yang top. Hal ini sangat perlu agar sang guru termotivasi untuk semangat mengajar.
2. Menjalin Rasa Simpati dan Saling Pengertian
guru harus membangun hubungan , yaitu dengan menjalin rasa simpati dan saling pengertian . Hubungan yang didasari rasa simpati akan membangun jembatan menuju kehidupan bergairah siswa , membuka jalan memasuki dunia baru mereka , mengetahui kekuatan minat mereka , dan berbicara dengan bahasa hati mereka . Membina hubungan dapat memudahkan guru melibatkan siswa , memudahkan pengelolaan kelas , memperpanjang waktu fokus , dan meningkatkan kegembiraan . Selanjutnya , untuk membangun hubungan Bobbi de Porter memberi tips sebagai berikut :
a. Perlakukan siswa sebagai manusia sederajat .
b. Ketahuilah apa yang disenangi siswa , cara pikir mereka , dan perasaan mereka mengenai hal – hal yang terjadi dalam kehidupan mereka .
c. Bayangkan apa yang mereka katakan kepada diri sendiri , mengenai diri sendiri .
d. Ketahuilah apa yang menghambat mereka untuk memperoleh hal yang benar – benar mereka inginkan . Jika anda tidak tahu , tanyakanlah .
e. Berbicaralah dengan jujur kepada mereka , dengan cara yang membuat mereka mendengarnya dengan jelas dan halus .
f. Bergembiralah dengan mereka .
g. Membangun Kegembiraan / keriangan
Jika guru secara sadar mau menciptakan kesempatan suasana kegembiraan dalam kegiatan belajar mengajar , maka kegiatan belajar akan lebih menyenangkan dan refresh . Kegembiraan akan membuat siswa siap belajar dengan lebih mudah , mengusir rasa kebosanan , bahkan dapat mengubah sikap negatif siswa terhadap guru maupun mata pelajaran yang kurang disukainya .
3. Membangun Rasa Saling Memiliki
Manusia adalah makhluk sosial . Sebagai makhluk sosial , semua siswa ingin saling memiliki . Dengan mengasah perasaan siswa untuk saling memiliki , guru memberi kepaduan kepada suasana kelas yang dapat mempercepat proses belajar siswa dan mengajar guru . Jika seorang guru mampu membangun rasa saling memiliki , berarti guru juga telah berhasil menyingkirkan ancaman ( rasa ketakutan / cemas ) , yang dapat membangun suasana mengizinkan otak siswa untuk bersantai , emosi siswa terlibat sepenuhnya dalam belajar , dan proses belajarpun dapat dimaksimalkan . Rasa saling memiliki menciptakan rasa kebersamaan , kesatuan , kesepakatan , dan dukungan dalam belajar . Rasa ini juga dapat mempercepat proses belajar mengajar dan meningkatkan rasa kepemilikan belajar .
4. Keteladanan
Guru adalah sosok penting yang dapat “ digugu dan ditiru “ . Siswa sering mencari – cari alasan untuk tidak tertarik dengan jalan mencari ketidaksesuaian antara kata – kata guru dengan semua perbuatan guru . Tetapi , semakin banyak guru memberi keteladanan , maka siswa semakin tertarik dan mulai mencontoh guru . Karena , mereka menemukan dan merasakan kesebangunan , kecocokan antara keyakinan dan perkataan guru dengan perbuatannya . Jadi , memberi teladan adalah salah satu cara ampuh untuk membangun hubungan serta menambah kekuatan pada proses pembelajaran siswa . Satu hal yang perlu diingat – ingat oleh guru , semuanya berbicara . Pakaian , penampilan , senyuman , dan sebagainya akan dinilai oleh siswa dan , tidak ada yang berbicara lebih keras dari pada tindakan.

(file.upi.edu/ai.php?...Copy%20(4)%20of%20MODUL%20MANAJEMEN%20KELAS)
(id.netlog.com/purnawanto/blog/blogid=2809)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

INSTALASI WINDOWS 7

Cara install windows seven 7 – Proses instalasi windows 7 sangat berbeda dengan proses instalasi windows xp yang kebanyakan digunakan. Kali ini kita akan membahas langkah-langkah cara menginstall windows seven 7.

Langkah-langkah menginstall windows seven 7
1. Siapkan DVD instalasi Windows Seven (7) dan catat serial numbernya
2. Atur agar komputer booting dari dvd, pengaturan dilakukan lewat bios, bisanya tekan delete atau f2 ketika komputer baru dinyalakan pilih setingan booting kemudian pilih dvd rom menjadi urutan pertama. simpan konfigurasi bios dengan cara menekan f10.
3. Masukkan DVD Instalasi
4. Tekan tombol mana saja jika muncul tulisan boot from cd or dvd
5. Muncul tampilan seperti dibawah
http://ferireza.files.wordpress.com/2009/11/image.png
6. Selanjutnya muncul tampilan seperti di bawah, klik next
http://ferireza.files.wordpress.com/2009/11/image1.png
7. klik Install Now
http://abdulroqib.blogspot.com/
8. Beri tanda cek dann klik next
http://abdulroqib.blogspot.com/
9. Karena kita sedang melakukan clean install maka pilih yang Custom (advanced)
http://abdulroqib.blogspot.com/
10. Pilih partisi yang akan dipakai untuk menginstal windows seven (7), contoh di bawah hardisk belum di bagi2 kedalam beberapa partisi, jika ingin membagi kedalam beberapa partisi sebelum proses instalasi pilih Drive options (advanced) disitu kita bisa membuat, menghapus dan meresize partisi. tapi dari pada bingun untuk yang pertama kali instalasi windows mending langsung pilih next saja, toh pembagian partisi bisa dilakukan setelah proses instalasi selesai.
http://abdulroqib.blogspot.com/
11. Proses instalasi dimulai….. proses instalasi ini memakan waktu yang cukup lama..
http://abdulroqib.blogspot.com/
12. Setelah proses di atas selese komputer akan otomatis restart sendiri. kumudian muncul seperti dibawah
http://abdulroqib.blogspot.com/
13. Ketikkan nama user dan nama computer anda
http://abdulroqib.blogspot.com/
14. Kemudian isikan password untuk keamanan komputer anda. Jika tidak isi komputer anda tidak ada passwordnya.
http://abdulroqib.blogspot.com/
15. Masukkan Windows Product key yang sudah dicatat di awal tadi, jika tidak ada anda mendapat masa trial windows 7 selama 30 hari
http://abdulroqib.blogspot.com/
16. Selanjutnya setingan apakah windows akan otomatis meng update atau tidak
http://ferireza.files.wordpress.com/2009/11/image11.png
17. Kemudian setingan time zone
http://ferireza.files.wordpress.com/2009/11/image12.png
18. selesai..
http://abdulroqib.blogspot.com/
Sekian dulu cara menginstall windows seven 7 plus gambar. Selamat mencoba….

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

instalasi komputer dengan menggunakan windows xp sp 2

LANGKAH-LANGKAH INSTALASI OPERATING SISTEM WINDOWS XP
(Oleh: indha, 2009)

Komputer yang telah kita rakit belumlah bisa digunakan untuk aktifitas bekerja layaknya komputer yang kita temui di kantor-kantor atau rumah, Untuk itulah dibutuhkan Operating System atau Sistem Operasi yang menghubungkan manusia dengan peripheral komputer tersebut, komputer tanpa operating sistem tidak bisa digunakan, ibarat anda punya hape tetapi tidak ada sistem operasi, perlu digarisbawahi atau dicetaktebalkan, sistem operasi bukanlah merupakan suatu software, jadi sistem operasi =/= software. Lalu apa bedanya ? sebuah software membutuhkan sistem operasi, sistem operasi ini yang menjembatani antara software dengan hardware. Nah sistem operasi di sini yang familiar adalah Microsoft Windows. Windows bukanlah salah satu sistem operasi, ada banyak sistem operasi lain seperti Linux, Sun Microsystem. Mac OS, Symbhian. Sistem operasi diibaratkan sebagai body sebuah mobil, sedang mesinnya adalah hardware-hardware, nah kalo kita ikut menumpang kitalah softwarenya.
1. Siapkan CD Master Microsoft Windows XP.

Dalam pembelian CD Windows XP ada dua pilihan, versi tray dan versi box, untuk versi tray hanya berbentuk cd dan buku manual saja, sedangkan untuk versi box ada boxnya.
Masuklah ke menu BIOS untuk mencari fasilitas boot pertama kali lewat CD/DV ROM. Tergantung BIOS yang ada, bisa menekan tombol DEL /ESC/F1 berulang-ulang saat pertama kali komputer di hidupkan.
Untuk memasuki menu BIOS ini lebih baik jika anda menekan tombol esc terlebih dahulu untuk mengetahui tombol yang digunakan untuk memasuki menu bios tersebut.

Sebagai contoh ini adalah Award BIOS, pada gambar yang dilingkari ubahlah firs bootingnya menjadi CD/DVD, jika sudah simpan perubahan tersebut dengan menekan F10, setelah itu simpan setting tersebut dan keluar. Proses booting akan mendeteksi CD/DVD dahulu, jika benar maka akan muncul proses instalasi Microsoft Windows ( selanjutnya disebut saja dengan Windows ). Tekan sembarang tombol untuk memasuki proses instalasi Windows.

1. CD Windows XP akan dibaca, dan akan keluar keterangan yang membingungkan di bawahnya, itu adalah indikasi bawah Windows sedang meload file-file tertentu untuk proses instalasi. Pada saat tampilan ini muncul anda dapat menekan sembarang tombol agar dapat melanjutkan ke proses selanjutnya.

2. Jika Windows sudah selesai membaca file-file tersebut maka akan muncul tampilan “Welcome Setup“ berikut

Ada 3 pilihan.
1) To set up Windows XP now, press ENTER
Maksudnya kita kita memulai melakukan instalasi Windows, maka cukup menekan tombol ENTER
2) To repair a Windows X installation using Recovery Console, press R
Maksudnya bahwa untuk recovery Windows jika terjadi masalah sistem tetapi ini jika kita sudah menginstall Windows terlebih dahulu
3) To quit Setup without installaion Windows XP, press F3
Tujuannya adalah membatalkan proses instalasi Windows.
3. Jika kita menekan ENTER maka kita akan menuju langkah selanjutnya yaitu persyaratan untuk tunduk pada Licensing Agreement, dan anda harus menjawabnya dengan menekan F8, jika tidak dijawab atau di tolak maka anda tidak akan dapat meneruskan proses instalasi, jika anda setuju terhadap persyaratan tersebut ( siapa pernah baca peraturan ? ) maka akan masuk tahap berikutnya.

4. Jika anda setuju sekarang saatnya masuk ke proses pemilihan partisi hardisk, seandainya hardisk tersebut masuk baru maka akan ada tampilan seperti ini

Maksudnya proses instalasi membaca adanya satu hardisk yang besarnya 19093 M atau 20 GB, jika anda dah yakin sesuai keberadaan hardisk tersebut tekan enter saja, untuk melakukan proses formating hardisk, format hardisk adalah membentuk blok dan cluster di dalam kepingan hardisk.
5. Proses formating hardisk

Anda bisa memilih tipe partisi, bisa FAT atau NTFS. Jika pilihan sudah benar pilih salah satu dan tekan enter, maka instalasi akan meneruskan ke tahap selanjutnya.

Ini contoh proses formating sedang berlangsung.
6. Proses selanjutnya akan secara otomatis meload file-file windows untuk dicopy ke dalam hardisk.

Jika selesai tercopy saatnya booting ulang, alias restart dengan sendirinya.
Proses instalasi selanjutnya akan dimulai dengan munculnya logo Windows


7. Setelah melewati tahap ini kita diminta untuk memasukan parameter yang diminta dalam proses instalasi. Regional and Language Options, adalah memasukan lokasi dan bahasa yang digunakan, untuk bahasa Indonesia saat ini belum ada, kecuali dalam Windows XP Starter Edition.

8. Tahap selanjutnya adalah memasukan nama dan perusahaan anda.

9. Memasukan 25 key yang ada di box atau cd

10. Proses selanjutnya memasukan password sistem, password di sini bukan password saat kita masuk ke Windows, tetapi password yang akan digunakan jika kita hendak mereparasi windows atau masuk safe mode

11. Memasukan setting jam dan tanggal serta Time Zone

12. Setting network bisa anda abaikan dengan tekan typical saja

Sampai tahap ini kita akan menunggu sampai Windows selesai melakukan instalasi, jika proses selesai Windows akan melakukan restart atau booting ulang. Setelah booting ulang maka Windows akan melakukan setting lagi bagi pengguna atau final setup, setting terakhir dan Windows akan mulai bisa digunakan secara default.

Ucapan Welcome to Microsoft Windows jika berhasil akan muncul seperti gambar di atas, kita memasukan nama pengguna dengan menekan tombol di sebelah kanan bawah.
Langkah selanjutnya bisa anda teruskan sendiri.








Selesai dengan tampilnya desktop Windows XP

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

fungsi guru

MANAJEMEN KELAS DAN PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS

A.Fungsi Guru Dalam Manajemen Kelas
Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas.Tugas sekaligus masalah pertama, yakni pengajaran, dimaksudkan segala usaha membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pembelajaran. Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan.
Karena itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting dikuasai dalam rangka proses pembelajaran. Karena itu maka setiap guru dituntut memiliki kemampuan dalam mengelola kelas.
Usman dalam salah satu bukunya mengemukakan bahwa suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur murid dan sarana pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Di sini, jelas sekali betapa pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terciptanya proses belajar-mengajar yang efektif pula.
Berdasarkan pendapat di atas, jelas betapa pentingnya pengelolaan kelas guna menciptakan suasana kelas yang kondusif demi meningkatkan kualitas pembelajaran. Pengelolaan kelas menjadi tugas dan tanggung jawab guru dengan memberdayakan segala potensi yang ada dalam kelas demi kelangsungan proses pembelajaran. Hal ini berarti setiap guru dituntut secara profesional mengelola kelas sehingga tercipta suasana kelas yang kondusif mulai dari awal hingga akhir pembelajaran. Penciptaan suasana kelas yang kondusif guna menunjang proses pembelajaran yang optimal menuntut kemampuan guru untuk mengetahui, memahami, memilih, dan menerapkan pendekatan yang dinilai efektif menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam menunjang proses pembelajaran yang optimal.
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat di sebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus,apalagi sebagai guru yang professional harus menguasai betul seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbgai ilmu pengetahuan lainnya perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan.
Tugas dan peran guru tidaklah terbatasi dalam masyarakat, bahkan guru pada hakekatnya merupakan komponen strategis yang memilih peran penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa.
Keberadaan guru bagi suatu bangsa amatlah penting, apalagi bagi suatu bangsa yang sedang membangun,terlebih-lebih bagi keberlangsungan hidup bangsa ditengah-tengah lintas perjalanan zaman dengan teknologi yang kian canggih dan segala perubahan serta pergeseran nilai yang cenderung memberi nuansa kepada kehidupan yang menuntut ilmu dan seni dalam kadar dinamika untuk mengadaptasikan diri.
Semakin akurat para guru melaksanakan fungsinya,semakin terjamin tercipta dan terbinanya kesiapan dan kendala sebagai seorang pembangunan.Dengan kata lain,potret dan wajah diri bangsa dimasa depan tercermin dari potret guru masa kini,dan gerak maju dinamika kehidupan bangsa berbanding lurus dengan citra para guru ditengah-tengah masyarakat.
Baik di kelas ataupun di sekolah para guru mempunyai peran yang ganda. Dengan julukan tugas guru sebagai pendidik dan pengajar, maka secara rinci mereka mempunyai fungsi, sebagaimana yang dikemukakan oleh Dr. Suharsimi Arikunto sebagai berikut:

A.Guru sebagai Model/Demonstrator
Melalui perannya sebagai demonstrator,Lecturer,atau pengajar, guru handaknya senantiasa mengembangkan dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.Guru sebagai model berfungsi:
 Pemberi keseimbangan
 Pemberi pengalaman
 Pemberi gagasan baru dari pemodelan.
B. Guru sebagai moderator
Menurut aliran baru dalam pendidikan guru diharapkan bukan semata-mata hanya sebagai penyampai materi melainkan lebih sebagai moderator, artinya mereka berfungsi sebagai pengatur jalannya pembicaraan oleh para siswa.
C. Guru sebagai perencana/Pengelola kelas
Dalam perannya sebagai pengelola kelas (Learning Manager), guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi.Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan.Lingkungan yang baik adalah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik.Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar,menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa belajar dan belajar,serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.


D.Guru sebagai Mediator dan Fasiliator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakaan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.
Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar,baik yang berupa nara sumber, buku, teks, majalah ataupun surat kabar. maksudnya memberikan kemudahan dan sarana bagi siswa agar lebih aktif untuk belajar sesuai kadar kemampuan mereka
Guru sebagai fasilitator:
 Yang merespon siswa
 Yang suka mendengar dan bertanya kepada siswa
 Yng menginginkan siswa belaajaar mencapai tujuan sesuai hrapan siswa.
E.Guru sebagai Evaluator
Untuk mengetahui sejauh mana proses belajar mengajar dikatakan berhasil dan guru mampu mengoreksi selama proses belajar mengajar yang masih perlu untuk diperbaiki atau dipertahankan.
Seorang guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik harus mampu bertindak secara profesional. Profesional maksudnya guru harus mengikuti peraturan yang telah tertulis dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional bab IX pasal 39 ayat 2 yaitu
1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.
2) memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya.
3) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya.
4) mematuhi kode etik profesi.
5) memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas.
6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya.
7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan.
8) memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
9) memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum.
Di samping sembilan hal tersebut, Guru profesional idealnya juga harus memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial. Oleh karena itu, selain terampil mengajar, seorang guru juga harus memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi dengan baik. Ciri-ciri keprofesionalan guru tersebut dapat dilihat dari 10 ciri guru profesional berikut ini.
1. Selalu punya energi untuk siswanya
Seorang guru yang baik menaruh perhatian pada siswa di setiap percakapan atau diskusi dengan mereka. Guru yang baik juga punya kemampuam mendengar dengan seksama.
2. Punya tujuan jelas untuk Pelajaran
Seorang guru yang baik menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap pelajaran dan bekerja untuk memenuhi tujuan tertentu dalam setiap kelas.
3. Punya keterampilan mendisiplinkan yang efektif
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan disiplin yang efektif sehingga bisa mempromosikan perubahan perilaku positif di dalam kelas.
4. Punya keterampilan manajemen kelas yang baik
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan manajemen kelas yang baik dan dapat memastikan perilaku siswa yang baik, saat siswa belajar dan bekerja sama secara efektif, membiasakan menanamkan rasa hormat kepada seluruh komponen didalam kelas.
5. Bisa berkomunikasi dengan baik kepada orang tua siswa
Seorang guru yang baik menjaga komunikasi terbuka dengan orang tua dan membuat mereka selalu update informasi tentang apa yang sedang terjadi di dalam kelas dalam hal kurikulum, disiplin, dan isu lainnya. Mereka membuat diri mereka selalu bersedia memenuhi panggilan telepon, rapat, email dan sekarang, twitter.
6. Punya harapan yang tinggi pada siswa nya
Seorang guru yang baik memiliki harapan yang tinggi dari siswa dan mendorong semua siswa dikelasnya untuk selalu bekerja dan mengerahkan potensi terbaik mereka.
7. Pengetahuan tentang kurikulum
Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan mendalam tentang kurikulum sekolah dan standar-standar lainnya. Mereka dengan sekuat tenaga memastikan pengajaran mereka memenuhi standar-standar itu.
8. Pengetahuan tentang subyek yang diajarkan
Hal ini mungkin sudah jelas, tetapi kadang-kadang diabaikan. Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan yang luar biasa dan antusiasme untuk subyek yang mereka ajarkan. Mereka siap untuk menjawab pertanyaan dan menyimpan bahan menarik bagi para siswa, bahkan bekerja sama dengan bidang studi lain demi pembelajaran yang kolaboratif.
9. Selalu memberikan yang terbaik untuk Anak-anak dan proses Pengajaran
Seorang guru yang baik bergairah mengajar dan bekerja dengan anak-anak. Mereka gembira bisa mempengaruhi siswa dalam kehidupan mereka dan memahami dampak atau pengaruh yang mereka miliki dalam kehidupan siswanya, sekarang dan nanti ketika siswanya sudah beranjak dewasa.


10. Punya hubungan yang berkualitas dengan Siswa
Seorang guru yang baik mengembangkan hubungan yang kuat dan saling hormat menghormati dengan siswa dan membangun hubungan yang dapat dipercaya
B. Kegiatan/kehidupan guru di dalam manajemen kelas
Kelas merupakan wahana paling dominan bagi terselenggaranya proses pembelajaran bagi peserta didik di sekolah. Kedudukan kelas yang begitu penting mengisyaratkan bahwa tenaga kependidikan yang profesional yang dikehendaki, terutama guru, harus profesional dalam mengelola kelas bagi terselenggaranya proses pendidikan dan pembelajaran yang efektif dan efisien.(Sudarwan Danim, 2002:161). Kelas adalah "kekuasaan" terbesar guru. Maksudnya, entah ia seorang guru kelas atau guru mata pelajaran, ia mempunyai kekuasaan amat besar untuk mengelola kelasnya.(JC. Tukiman Taruna, 2002). Dalam proses penyelenggaraan pendidikan peranan guru sangat menentukan, seorang guru yang telah merencanakan proses pembelajaran di kelas, dituntut mampu mengenal, memahami, dan memberikan kesempatan untuk mengembangkan minat dan potensi anak didiknya agar mereka tidak merasakan pemaksaan selama pembelajaran berlangsung, oleh sebab itu guru di dalam kelas adalah seorang manajer yang mempunyai tugas dan tanggung jawab menciptakan, mengatur, dan mengelola kelas secara efektif dan menyenangkan. Berhasil tidaknya pembaruan dalam pendidikan, entah di tingkat nasional maupun lokal, sangat bergantung pada interpretasi para guru terhadap kebijakan pembaruan tersebut dalam pertemuan mereka dengan siswa di dalam kelas. Pembaruan kurikulum di tingkat nasional, misalnya tidak akan efektif jika para guru tidak pernah menerapkannya didalam kelas.
Hampir seluruh hasil survai mengenai keefektifan guru (teacher effectiveness) melaporkan bahwa keterampilan manajemen kelas (classroom management skills) menduduki posisi primer dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran yang diukur dari efektifitas proses belajar siswa atau peringkat yang dicapainya. Dengan demikian keterampilan manajemen kelas sangat krusial dan fundamental dalam mendukung proses pembelajaran. Guru-guru yang rendah keterampilannya dalam bidang manajemen kelas, barangkali tidak dapat menyelesaikan banyak hal yang menjadI tugas pokoknya. (DaniM2002:190).
Sesuai dengan perkembangan tuntutan kebutuhan manusia, para orang tua dalam situasi tertentu atau sehubungan dengan bidang kajian tertentu tidak dapat memenuhi semua kebutuhan pendidikan anaknya, maka mereka melimpahkannya kepada orang lain yakni para guru, namun bukan berarti melepaskan tanggung jawab mereka selamanya. Para orang tua tetap bertanggung jawab untuk yang pertama dan terakhir dalam pendidikan putra-putrinya, untuk tetap beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt., berakhlak mulia dan membimbingnya untuk mencapai kematangan berpikir. Para guru yang menerima amanat dari orang tua, yang meliputi guru madrasah atau sekolah mulai dari tingkat TK sampai ke perguruan tinggi, bukan hanya penerima amanat dari orang tua untuk mendidik anaknya, melainkan juga dari setiap masyarakat yang memerlukan bantuan untuk mendidiknya.
predikat guru yang melekat pada seseorang didasarkan amanat yang diserahkan orang lain kepadanya. Tanpa amanat itu, seseorang tidak akan disebut guru, atau dengan kata lain eksistensinya sebagai seorang guru tergantung pada amanat orang lain.
Tidak semua orang bisa melaksanakan tugas sebagai seorang guru, karena tugas tersebut menurut banyak hal dan persyaratan, baik itu profesional, biologis, psikologis maupun paedagogis-didaktis.
Menurut al-Ghazali, ada beberapa hal/sifat yang harus dimiliki oleh seorang pendidik atau guru yakni :
1. Guru hendaknya memandang murid seperti anaknya sendiri, menyayangi dan memperlakukan mereka seperti layaknya anak sendiri.
2. Dalam menjalankan tugasnya, guru hendaknya tidak mengharapkan upah atau pujian, tapi hendaknya mengharapkan keridhaan Allah Swt. dan berorientasi mendekatkan diri kepada-Nya.
3. Guru hendaknya memanfaatkan setiap peluang untuk memberi nasehat dan bimbingan kepada murid bahwa tujuan menuntut ilmu adalah mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk memperoleh kedudukan atau kebanggaan duniawi.
4. Terhadap murid yang bertingkah laku buruk, hendaknya guru menegurnya sebisa mungkin dengan cara menyindir dan penuh kasih sayang, bukan dengan terus terang dan mencela.
5. Hendaknya guru tidak fanatik terhadap bidang studi yang diasuhnya, lalu mencela bidang studi yang diasuh guru lain.
6. Hendaknya guru memperhatikan fase perkembangan berpikir murid agar dapat menyampaikan ilmu sesuai dengan kemampuan berpikir murid.
7. Hendaknya guru memperhatikan murid yang lemah dengan memberinya pelajaran yang mudah dan jelas, serta tidak menghantuinya dengan hal-hal yang serba sulit yang dapat membuatnya kehilangan kecintaan terhadap pelajaran.
8. Hendaknya guru mengamalkan ilmu, dan tidak sebaliknya perbuatannya bertentangan dengan ilmu yang diajarkannya kepada murid.
Berdasarkan komentar di atas, maka ada yang menggejala yang dilakukan siswa di dalam kelas terhadap guru, barangkali siswa akan merasa tenteram dan tenang dalam menghadapi gurunya seperti menghadapi orang tuanya sendiri, namun tidak sedikit yang terjadi sebaliknya. Semua itu tergantung dari bagaimana guru mampu membaca dan memenej kelas yang ada dengan baik.
Siswa/murid merupakan potensi kelas yang harus dimanfaatkan guru dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif. Murid adalah anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara flsik maupun psikologis. Menurut Muri Yusuf, sebagaimana yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Jalaluddin dalam bukunya Teologi Pendidikan, mengartikan peserta didik atau murid itu sebagai raw input (masukan mentah) atau raw material (bahan mentah) dalam proses transformasi yang disebut dengan pendidikan Murid sebagai unsur kelas mempunyai perasaan kebersamaan yang sangat penting bagi terciptanya situasi kelas yang dinamis. Olehnya itu setiap murid harus memiliki perasaan diterima di dalam kelasnya agar mampu ikut serta dalam kegiatan kelas, karena dengan begitu akan menentukan sikap bertanggung jawab terhadap kelas yang secara langsung berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan mereka masing-masing.
Dalam kaitannya dengan persoalan murid ini, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilakukan oleh guru di dalam kelas dalam rangka membawa mereka ke arah keberhasilan, yakni:
1. Mengetahui latar belakang siswaDengan mengetahui tentang latar belakang para murid, maka guru akan merasa terbantu dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Namun sangat penting untuk diingat bahwa kegiatan kelas mestinya tidak membuat guru untuk meneliti latar belakang murid untuk mengungkapkan sesuatu yang mereka tidak menyukainya. Sama artinya dengan seorang guru akan marah dan tidak menyukainya, bila ada siswa yang bertanya tentang sesuatu yang sangat prinsipil dan pribadi tentang dirinya. Sebagai seorang guru perlu sekali dan malah seharusnya mempunyai keterangan yang lengkap tentang masing-masing murid yang meliputi:
1. Latar belakang psikologi siswa yang meliputi hasil-hasil tes kecerdasan, tes perasaan, kecakapan dan lain-lain,
2. Latar belakang kemampuan siswa yang meliputi kemajuan dalam mata pelajaran yang akan diberikan dan yang berhubungan dengan itu.
3. Latar belakang kesehatan fisik siswa seperti penglihatan, pendengaran, gejala-gejala penyakit dan lain-lain.
4. Latar belakang siswa tentang pengalaman kerja, partisipasi kegiatan di dalam dan di luar kelas dan menjadi anggota organisasi di luar dan dalam sekolah.
5. Latar belakang tentang perhatian siswa terhadap pendidikan.
6. Latar belakang kehidupan anak di rumah yang meliputi status ekonomi, pendidikan orang tua susunan dalam keluarga, jabatan dan hubungan sosial orang tua di masyarakat.

2. Mengenal minat siswa
Mengenal minat siswa-siswa sangat penting, karena mereka akan merasa senang dengan materi pelajaran yang disampaikan apalagi mated tersebut sangat sesuai dengan minat mereka dan ada hubungannya dengan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka,
3. Sikap Guru di Muka Kelas.
Sering terjadi suasana kelas sangat dipengaruhi oleh sikap guru yang ada di dalam kelas. Kelas menjadi gaduh, kalau guru ragu-ragu, dan kelas menjadi tenang, kalau guru berani bersikap tegas dan bijaksana, Seorang guru yang ada di depan kelas harus selalu menunjukkan sikap gembira dalam melayani para siswanya, harus pandai bersandiwara, mungkin guru dalam posisi susah, tapi janganlah menampakkan sifat itu di depan kelas. Dalam menyikapi para siswa di depan kelas. Abu Ahmadi mengemukakan bahwa, guru harus
• Berani memandang tiap-tiap murid di matanya.
• Usakanlah murid-murid bekerja sendiri
• Jangan bersikap putus asa.
• Jangan mengejek murid-murid.
• Janganlah memberikan hukuman badan.
• Ciptakanlah suasana kelas yang baik
4. Pembinaan hubungan baik
Pembinaan hubungan baik (report) antara guru dan siswa dalam masalah manajemen kelas adalah hal yang sangat penting.Dengan terciptanya hubungan baik guru-siswa,diharapkan siswa senantiasa gembira,penuh gairah dan semangat,bersikap optimistic,realistic dalam kegiatan belajar yang sedang dilakukannya serta terbuka terhadap hal-hal yang ada pada dirinya.
Dengan demikian, maka akan tercipta suasana kelas yang baik dan kondusif, para siswa dapat bekerja bersama-sama, saling tolong menolong, mereka akan lebih giat belajar dan merasa seperti sebuah keluarga yang besar dengan bimbingan seorang guru yang bijaksana dan baik. Oleh karena itu, wahai sang guru cintailah para siswa-siswimu seperti anda mencintai putra-putri-mu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar
a. Faktor intern
Faktor ini meliputi:
1). Faktor jasmaniah
Proses belajar seorang siswa akan terganggu jika kesehatan siswa tersebut terganggu.Selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, dan ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan atau kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.
2). Faktor psikologis
Ada tujuh factor yang tergolong kedalam factor psikologis yang mempengaruhi belajar antara lain:
a). Intelegensi
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi belum tentu berhasil dalam belajarnya.Hal ini disebabkan belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak factor yang mempengaruhinya.Siswa yng memiliki tingkat intelegensi normal dapat berhasil dengan baik dalam belajarnya jika kondisi yang diciptakan mendukung terjaadinya pembelajaran yang efesien dan efektif.
b). Perhatian
Agar tumbuh perhatian sehingga siswa dapat belajar dengan baik, bahan pelajaran harus diusahakan selalu menarik perhatian.Caranya dengan mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya,berkualitas, actual daan mengkaitkan bahan tersebut dengan pelajaran yang lalu,mengemukakan manfaat bagi anak baik dengan pelajaran yang sedang dibicarakan maupun dengan bahan yang akan dating,dan manfaat kelak dimasyarakat.
c). Minat
Jika ada siswa kurang atau tidak berminat terhadap belajar perlu diusahakan cara mebangkitakan minat tersebut.Cara tersebut antara lain ialah dengan menvariasikan media pelajaran, mengembangkan metodepembelajaran, menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan siswa, dan membangkitkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita siswa.
d). Bakat
Peserta didik bagaikan sebuah golok, ada bagia yang runcing dan ada bagian yang tumpul (bagian punggung golok).Siswa yang memiliki bakat ibarat bagian golok yang runcing bahan pembelajaran yang dipelajari itu akan cepat dikuasai, sehingga hasil belajarnya pun akan lebih baik sehingga guru tidak bersusah paayaah menjelaskan berkali-kali.Lain halnya terhadaap siswa yang kurang berbakat.Guru harus bersabar dan telaten melayani mereka, yaitu dengan sering dan berulang kali menjelaskan bahan akhirnya siswa tadi diharapkan dapat menguasai bahan yang diajarkan.
e). Motif
Dengan mengetahui latar belakang atau motif siswa belajar, maka guru dapat mengajak para siswa untuk berfikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan serta menunjang belajar.
f). Kematangan
Kematangan merupakn tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang.Agar kematangan yang ada pada diri siswa dapat dikembangkan perlu diciptakan suatu kondisi yang memungkinkan kematangan tersebut dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.Kondisi atau cara itu antara lain ialah dengan pemberian latihan yang terus menerus dan konsisten,pemberian tugas yang bertingkat dan berkesinambungan dari sederhana ke kompleks.
g). Kesiapan
Siswa dikatakan sudah memilki kearsipan apabila pada dirinya ada kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi.Pembelajaran yang diikuti oleh para pesrta didik yang memiliki kesiapan tinggi akan terjadi proses pembelajaran yang optimal dan hasil belajarnya pun akan lebih baik.
3). Faktor kelelahan
Kelelahan baik jasmani ataaupun rohani dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar.Oleh karena itu guru harus memberikan pengertian kepada para siswa untuk berusaha menghindari terjadinya kelelahan dalam beelajarnya.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan kedalam beberapa factor yakni:
1). Faktor keluarga
Para siswa yang sedang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa:
a) Cara orang tua mendidik
b) Relasi/hubungan antara anggota keluarga
c) Suasana rumah
d) Keadaan ekonomi keluarga
e) Sikap dan perhatian orang tua
f) Laataar belakang kebudayaan orang tua.
2). Faktor sekolah
Faktor sekolah mempengaruhi belajar meliputi hal-hal yang berkaitan dengan:
a) Metode mengajar
b) Kurikulum
c) Hubungan guru dengan para siswa
d) Hubungan siswa dengan siswa
e) Disiplain sekolah
f) Perlatan/media pelajaran
g) Waktu sekolah
h) Sarana dan prasarana sekolah
i) Metode belajar siswa
j) Tugas sekolah
3). Faktor masyarakat
Faktor masyarakat ini banyak berkaitan dengan:
a) Kegiatan siswa dalam masyarakat
b) Mass media yang beredar/ada dalam masyarakat
c) Pengaruh teman bergaul
d) Pola hidup masyarakat
3). Mengajar yang efektif
Mengajar efektif adalah mengajar yang daapaat membawa belajar yang efektif.Untuk dapat mengajar secara efektif guru harus mampu menciptakan iklim belajar yang menunjang terciptanya kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar.Kondisi yang dimaksudkan hanya dapat terjadi apaabila guru mengajar menggunakan prinsip-prinsip mangajar.
Mursel dalam hal ini mengemukakan enam prinsip mengajar yang apabila ke-enam prinsip mengajar itu tidak digunakan/ditempatkan dengan sebaik-baiknya maka iklim belajar yang menunjang terciptanya kondisi bagi terjadinya proses belajar akan dicapai.Prinsip-prinsip tersebut adalah senbagai berikut:


a). konteks
Ciri-ciri konteks yang baik adalah:
 Dapat membuat pelajar menjadi lawan berinteraksi secara dinamis dan kuat
 Terdiri dari pengalaman yang actual dan konkret
 Pengalaman konkret yang dinamis merupakan alat untuk menyusun pengertian, bersiifat sederhana dan pengalaman itu dapat ditiru untuk diulangi
b). Fokus
Untuk mencapai pembelajaran yang efektif, harus dipilih focus yang memiliki ciri-ciri yang baik,seperti uaraian berikut ini:
1) Memobilisasi tujuan
2) Memberi bentuk dan uniformitas pada belajar
3) Mengorganisasikan belajar sebagai suatu proses eksplorasi dan penemuan focus yang baik harus menimbulkan suatu pertanyaan yang perlu dijawab, suatu soal yang perlu dipecahkan, suatu pengertian yang harus dipahami dan digunakan.
4) Sosialisai
5) Individualisasi
6) Urutan
7) Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses belajar itu.Evaluasi merupakan bagian mutlak dari pengajaran sebagai insur integral di dalam organisasi belajar yang wajar.Evaluasi dapat digunakan untuk menilai metode mengajar yang digunakan dan untuk mendapatkan gambaran komperhensif tentang siswa sebagai perseorangan,dan dapat juga membawa siswa pada taraf belajar yang lebih baik.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

aplikasi aspek psikologis

APLIKASI ASPEK PSIKOLOGIS OLEH GURU SD DALAM PELAKSANAAN MANAJEMEN KELAS

A. Aspek Psikologis Dalam Manajemen Kelas
Kelas sebagai basis pengajaran di garis depan adalah tempat berlangsungnya interaksi antara guru dengan murid secara nyata. Interaksi ini bermuatan pendidikan apabila guru merancang interaksinya secara pedagogis dapat dipertanggungjawabkan. Maksud secara pedagogis adalah adanya upaya bertanggung jawab dari guru untuk mengantarkan peserta didik mencapai tujuan pendidikan yang telah digariskan, sebagaimana diketahui bahwa secara pisik jiwa dan secara anatomis dan fisiologis-biologis sosiologis, peserta didik sebagai bagian manusia pada umumnya, memiliki karakteris yang diperlu dipahami oleh para calon guru, maka pengetahuan tentang karakteristik psikologis peserta didik yang berkaitan dengan gejala aktivitas umum jiwa peserta didik sangat penting bagi para calon guru dan para guru dalam memahami peserta secara individual guru menyukseskan proses pembelajaran dikelas. Psikologi sebagai suatu disiplin ilmu sangat dibutuhkan oleh dunia pendidikan, baik di institusi pendidikan formal maupun non formal. Pengetahuan tentang psikologi sangat diperlukan oleh pihak guru atau instruktur sebagai pendidik, pengajar, pelatih, pembimbing, dan pengasuh dalam memahami karakteristik kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta secara integral. Pemahaman aspek psikologis peserta didik oleh pihak guru atau instruktur di institusi pendidikan memiliki kontribusi yang sangat berarti dalam membelajarkan peserta didik sesuai dengan sikap, minat, motivasi, aspirasi, dan kebutiahan peserta didik, sehingga proses pembelajaran di kelas dapat berlangsung secara optimal dan maksimal.
Pengetahuan tentang psikologi diperlukan oleh dunia pendidikan karena dunia pendidikan menghadapi peserta didik yang unik dilihat dari segi karakteristik perilaku, kepribadian, sikap, minat, motivasi, perhatian, persepsi, daya pikir, inteligensi, fantasi, dan berbagai aspek psikologis lainnya yang berbeda antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lainnya. Perbedaan karakteristik psikologis yang dimiliki oleh para peserta didik harus diketahui dan dipahami oleh setiap guru atau instruktur yang berperan sebagai pendidik dan pengajar di kelas, jika ingin proses pembelajarannya berhasil. Dengan memahami karakteristik psikologis yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik, maka para guru di sekolah akan dapat melakukan pembelajaran yang bersifat individual sesuai dengan karakteristik psikologis yang dimiliki oleh peserta siswa. Jadi sifat heterogenitas (tidak sama) suatu kelas perlu menjadi perhatian utama bagi guru. Selain pembelajaran yang bersifat individual, guru perlu juga melakukan pembelajaran secara kelompok jika karakteristik psikologis peserta didik yang ada di suatu kelas dianggap relatif sama (homogen).
Dalam proses pembelajaran di kelas guru sering menghadapi peserta didik yang mengalami gangguan perhatian sehingga peserta didik tersebut kurang dapat memusatkan perhatiannya dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Akibatnya peserta didik tersebut kurang dapat mengetahui dan memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh guru dan memperoleh prestasi belajar rendah. Gejala gangguan perhatian sebagai faktor psikologis yang dialami peserta didik di kelas harus diketahui dan dipahami oleh guru sebagai pengajar dan pendidik di kelas untuk mencegah dan mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Adapun upaya yang dapat dilakukan oleh guru di kelas dalam mencegah dan mengatasi masalah gangguan perhatian yang dialami oleh peserta didik di kelas ialah guru sebaiknya menerapkan metode dan strategi pembelajaran yang menarik perhatian belajar agar peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran di kelas dengan baik dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Selain itu, peserta didik yang menunjukkan sikap dan perilaku belajar yang acuh tak acuh atau apatis dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, juga merupakan gejala bahwa peserta didik tersebut mengalami gangguan psikologis berupa minat dan motivasi belajar rendah yang dimiliki oleh peserta didik tersebut. Untuk mengatasi gejala minat dan motivasi belajar rendah yang ditunjukkan oleh peserta didik di kelas sebagai faktor psikologis yang mempengaruhi kualitas proses dan hasil pembelajaran peserta didik di kelas, maka guru harus dapat memilih dan menerapkan suatu metode, strategi, dan pendekatan pembelajaran di kelas yang dapat menumbuh kembangkan minat belajar dan motivasi belajar peserta untuk belajar di kelas.
Adapun strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru dalam membelajarkan peserta didik yang memiliki minat belajar dan motivasi belajar rendah ialah metode cara belajar siswa aktif (CBSA) yang menggunakan pendekatan keterampilan proses (PKP), pendekatan konstruktivistik, metode diskusi, metode pembelajaran koperatif, metode penemuan dan penyelidikan (discovery and inquiry learning), metode contextual teaching learning (CTL), metode eksperimen, dan berbagai metode, strategi, dan pendekatan pembelajaran yang menuntut aktivitas belajar peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, di laboratorium, dan di tempat belajar lainnya. Selain itu faktor strategi, pendekatan, dan metode pembelajaran perlu menjadi perhatian bagi guru, faktor karakteristik psikologis yang mencerminkan kepribadian dan perilaku peserta didik di kelas harus juga menjadi perhatian para guru untuk menyesuaikan pembelajarannya dengan karakteristik kepribadian dan perilaku yang dimiliki oleh para peserta didik agar proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sesuai dengan minat dan kebutuhan belajar peserta didik. Disinilah pentingnya guru menerapkan proses pembelajaran yang diindividualisasikan sesuai dengan minat dan kebutuhan belajar peserta didik secara individual.
Masih banyak gejala-gejala gangguan psikologis yang ditunjukkan oleh peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, misalnya gangguan pengamatan, gangguan persepsi, gangguan dalam berpikir, gangguan ingatan, gangguan fantasi, dan gangguan perasaan. Gangguan-gangguan psikologis tersebut merupakan gejala atau aktivitas umum jiwa manusia (La Sulo, 1990). Aktivitas umum jiwa manusia tersebut perlu diketahui dan dipahami oleh para guru dalam mengetahui dan memahami aspek psikologis para peserta didik di kelas agar proses dan hasil pembelajaran yang dikelola di kelas dapat mencapai tujuannya secara maksimal dan optimal.
Banyak masalah-masalah yang dihadapi oleh para guru dalam proses pendidikan di kelas. Masalah-masalah tersebut merupakan masalah psikologis peserta didik yang sangat mempengaruhi proses pembelajaran di kelas, sehingga perlu diketahui dan dipahami oleh para calon guru dan para guru yang telah mengajar dan mendidik dikelas. Adapun gejala aktivitas umum jiwa peserta yang perlu menjadi perhatian bagi para guru ialah mencakup yaitu:
1. Perhatian Peserta Didik
Perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran kelas diartikan sebagai pemusatan tenaga jiwa peserta didik yang tertuju kepada sajian materi yang dijelaskan oleh guru pada saat proses pembelajaran di kelas sedang berlangsung, Perhatian belajar yang dimilki oleh peserta didik dan manusia pada umumnya dibagi atas beberapa macam, yaitu perhatian insentif dan tidak insentif, perhatian spontan dan perhatian sekehendak, perhatian terpencar, perhatian terpusat, dan perhatian campuran (Manrihu (1989:18-19).
Dilihat dari subjek yang memperhatikan, maka hal-hal yang menarik perhatian ialah jika semua hal tersebut bersangkut paut dengan pribadi subjek, yaitu berupa: (1) pekerjaan yang sedang pribadi subjek, yaitu berupa (2) pekerjaan yang sedang dikerjakan menentukan perhatian, (3) keinginan menentukan perhatian, (4) perasaan menentukan perhatian, dan (5) yang berhubungan dengan pengalaman atau kebiasaan akan menentukan dengan pengalaman atau kebiasaan akan menentukan perhatian (La Sulo, 1990:19).
Dengan memperhatikan berbagai faktor yang menarik perhatian belajar peserta didik di kelas yang menyebabkan peserta didik akan tertarik dalam melakukan aktivitas belajar sehingga peserta didik tidak merasa bosan atau jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas.

2. Motivasi belajar
Faktor motivasi secara umum dan motivasi belajar secara khusus merupakan gejala aktivitas jiwa manusia yang sangat diperlukan oleh manusia dan peserta didik khususnya dalam mengarungi kehidupan yang sarat dengan persaingan. Manusia secara umum dan peserta didik secara khusus yang memiliki motivasi hidup yang rendah akan memiliki kinerja, produktivitas, kreativitas, dan inovasi yang rendah. Akibatnya mereka akan tertinggal jauh dari teman atau manusia lainnya yang memiliki motivasi yang tinggi dalai menjalani hidupnya. Guru dan peserta didik sebagai bagian dari manusia pada umumnya harus memiliki motivasi yang tinggi dalam mengajar bagi guru dan dalam belajar bagi peserta didik Guru yang memiliki motivasi mengajar yang tinggi ditandai dengan beberapa karakteristik perilaku, yaitu rajin mengajar di kelas, bergairah dalam mengajar, aktif dan kreatif data melakukan pembaruan dalam bidang pendidikan keperluan pembelajaran di kelas, berperilaku produktif inovatif dalam mengajar, dan beretos kerja tinggi sehingga tidak mengenal lelah dalam mengajar dan mudah putus jika menemukan kesulitan dalam menekuni karier sebagai pengajar dan pendidik di sekolah.
Dalam proses pembelajaran di kelas harus diperhatikan tentang apa yang mendorong siswa agar dapat dari belajar dengan baik. Dengan kata lain apa yang membuat peserta didik memiliki motivasi untuk berpikir dan memusatkan perhatian merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas belajar.
Motif/motivasi secara umum juga dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Sardiman,1990:73).

3. Pikiran Peserta Didik
Berpikir merupakan kegiatan mental atau psikis yang dilakukan oleh setiap orang pada saat mereka menghadapi suatu masalah yang harus dipecahkan. Proses berpikir juga terjadi saat seseorang dihadapkan kepada berbagai pertanyaan yang harus dijawab. Kemampuan berpikir bagi setiap orang termasuk peserta didik di sekolah berbeda. perbedaan kemampuan berpikir antara individu yang satu dengan individu pada umumnya disebabkan faktor inteligensi, tingkat pengetahuan, tingkat pengalaman, tingkat pendidikan, dan berbagai faktor lainnya yang berpengaruh terhadap kemampuan berpikir individu. Berpikir sebagai aktivitas mental memiliki fungsi, yaitu: (1) membentuk pengertian, (2) pcmbentuk pandapat, dan (3) pembentukan kesimpulan atau keputusan; (La Sulo, 1990:28). Ada dua jenis proses berpikir yang dapat dilakukan indidivu, yaitu jenis berpikir divergen dan konvergen. berpikir konvergen yaitu cara berpikir yang umum dilakukan oleh individu pada umumnya dan bersifat rutin, sedangkan jenis berpikir divergen yaitu jenis berpikir yang inovatif, kreatif, dan produktif yang selalu pemecahan masalah dari berbagai alternatif pemecahan masalah (La Sulo, 1990:29). Jenis berpikir divergen merupakan jenis berpikir yang kompleks yang dituntut pada individu di era globalisasi agar dapat tetap eksis dan solid dalam era kompetisi global.

4. Perasaan Peserta Didik
Perasaan ialah gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan dengan fungsi mengenal dan dialami dalam kualitas senang dan tidak senang dalam itu berbagai taraf. Perasaan ini terdiri dari berbagai jenis, yaitu perasaan jasmaniah (perasaan tingkat rendah) berupa perasaan indera dan perasaan vital. Perasaan indera seperti sedap, manis, dan sebagainya, dan perasaan vital, yaitu perasaan yang berhubungan dengan keadaan jasmani seperti segar, letih, dan sebagainya (La Sulo, 1990:30). Sedangkan perasaan rohaniah (perasaan tingkat tinggi), yaitu perasaan intelektual, misalnya merasa senang kalau lulus ujian, perasaan keindahan, perasaan sosial, perasaan kesusilaan, perasaan keagamaan, dan perasaan harga diri. Faktor perasaan peserta didik perlu diperhatikan oleh guru di kelas. Dengan memahami perasaan peserta didik sebagai gejala mental siswa, seorang guru akan menghindari berbagai sikap dan perilaku dan ucapan atau tutur kata yang dapat membunuh aktivitas dan kreativitas peserta didik di kelas. Sebaliknya, peserta didik tidak boleh mengorbankan perasaan guru yang dapat membunuh kreativitas dan aktivitas guru dalam mengajar di kelas.

5. Sikap Belajar Feserta Didik
Sikap belajar ialah kecenderungan peserta didik untuk merasa senang dan tidak senang dalam melakukan aktivitas belajar. Reaksi positif atau senang dan reaksi negatif atau tidak senang yang ditunjukkan oleh peserta didik di kelakukan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap belajar peserta didik tersebut ialah faktor kemampuan dan gaya mengajar guru di kelas. Selain itu, faktor metode, pendekatan, dan strategi pembelajara yang digunakan oleh guru, faktor media pembelajara sikap dan perilaku guru, suara guru, lingkungan kelas manajemen kelas, dan berbagai faktor lainnya mempengaruhi sikap peserta didik. Jika kesemua faktor-faktor tersebut pengaruh yang positif kepada peserta didik, yang terbentuk pada diri peserta didik ialah sikap belajar yang baik, yaitu peserta didik merasa senang dalam mengikuti proses pembelajaran yang dikelolah oleh guru kelas. Adapun perwujudan perilaku yang diperlihatkan oleh serta didik yang bersikap negatif atau tidak senang terhadap proses pembelajaran yang dikelolah oleh guru di kelas ialah berupa peserta didik acuh tak acuh (apatis) dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, peserta didik tidak aktif dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, peserta didik mengganggu teman sekelasnya, peserta didik mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas belajar yang diberikan oleh guru kelas, peserta didik keluar masuk kelas, dan berbagai bentuk perilaku belajar menyimpang intinya. Sedangkan perwujudan perilaku peserta didik yang sikap positif atau senang terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung di kelas ialah peserta didik, aktif, dan ulet dalam mengikuti proses pembelajaran di Jelas, peserta didik menyelesaikan tugas-tugas belajar yang diberikan kepadanya, disiplin dalam belajar, tidak keluar masuk kelas dan menghormati guru dan teman kelasnya, aktif bertanya dan menjawab pertanyaan guru, menunjukkan kerjasama yang baik dengan teman kelas dalam melakukan tugas-tugas belajar yang bersifat kelompok dan sebagainya. Para guru yang akan mengajar dan mendidik di kelas, harus dapat menumbuhkembangkan sikap pelajar positif pada diri peserta didik. Hanya dengan sikap pelajar yang baik yang terbentuk pada diri peserta didik, proses interaksi belajar mengajar di kelas dapat berlangsung cara optimal dan maksimal. Oleh karena itu, para guru dan calon guru harus memiliki belajar dan lingkungan belajar yang dapat meningkatkan sikap belajar siswa di kelas, metode untuk mengukur pengetahuan dan pemahaman tentang sikap dan permasalahannya, yang mencakup pengertian sikap, metode menumbuhkembangkan sikap belajar positif kepada peserta didik, situasi dan kondisi sikap belajar peserta didik. masalah lain yang terkait dengan sikap dan permasalahannya.

6. Ingatan Peserta Didik
Ingatan biasanya didefinisikan sebagai kecakal untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan. Ingatan yang baik memiliki beberapa ciri-ciri, yang cepat atau mudah mencamkan, setia, teguh, luas dau menyimpan, dan siap untuk memproduksi kesan-kesan dicamkan tanpa perubahan (La Sulo, 1990:25). Proses dalam ingatan ialah mencakup proses mencamkan, proses menyimpan, dan reproduksi Mencamkan ialah upaya untuk mempelajari, mengetahui dan memahami sesuatu. Menurut terjadinya, pencaman terbagi atas pencaman sekehendak dan. tidak sekehendak terjadi jika kita dengan sengaja sadar mencamkan sesuatu, dan pencaman tidak sekehedak terjadi jika kita memperoleh pengetahuan dengan tidak sengaja.
Pada diri peserta didik, proses mencamkan itu berbeda-beda antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain. Peserta Adidik yang berinteligensi tinggi, berpengetahuan, dan berpengalaman dalam melakukan aktivitas belajar cenderung memiliki kemampuan reproduksi yang cepat. Selain itu, aktivitas reproduksi (mengingat kembali) juga dipenganihi oleh faktor kemampuan mencaman dan menyimpan pesan atau materi pelajaran yang telah dipelajari oleh peserta didik

7. Fantasi Peserta Didik
Fantasi ialah kesanggupan manusia untuk membentuk anggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan¬anggapan yang sudah ada dan tanggapan baru itu tidak arus sesuai dengan benda-benda yang ada, Mengingat manfaat produk atau kehidupan manusia sangat besar, maka peranan guru dalam menumbuhkembangkan fantasi peserta didik juga ditunda besar, agar melalui fantasi, peserta didik dapat menemuk suatu ide-ide cemerlang untuk melahirkan sesuatu yang inovatif Jika para peserta didik telah dapat melakuk fantasi secara positif, bukan tidak mungkin para peserta akan dapat menemukan suatu temuan-temuan baru yang bermanfaat bagi kehidupan peserta didik itu sendiri di keluarganya serta bermanfaat bagi kehidupan manusia masyarakat. Namun telah banyak pula peserta didik dan anggota masyarakat yang korban karena proses fantasi yang tidak positif. Di sinilah peranan guru, orangtua, dan masyarakat dalam membantu, membimbing melatih, dan mengarahkan serta menyalurkan proses fantasi anak ke arah yang positif agar bermanfaat bagi dirinnya Sekolahnya, keluarganya, dan masyarakatnya dan anak dapat menencapai taraf aktualisasi diri yang optimal dan maksimal.
8. Tanggapan Peserta Didik
Tanggapan adalah tayangan yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan. Menanggapi tidak saja menghidupkan kembali apa yang telah kita amati, tetapi juga mengantisipasi yang akan datang dan mewakili yang sekarang. Tanggapan atau persepsi peserta didik dipengaruhi oleh indera yang mendasari terjadinya tanggapan itu. arena itu, persepsi peserta. didik digolongkan ke dalam beberapa tipe tanggapan, yaitu tipe tanggapan yang visual, uditif, gustatoris, dan alfaktoris. Jika Pelaksanaan proses pembelajaran di kelas dilaksanakan engan memperhatikan perbedaan individu-peserta didik dalam hal tipe persepsi yang dimiliki, maka anak berkembang dengan baik.

9. Minat Belajar Peserta Didik
Minat belajar dapat diartikan sebagai tertarik yang ditunjukkan oleh peserta didik dalam melakukan aktivitas belajar, baik di rumah, di sekolah, di masyarakat. Jika individu atau peserta didik merasa tertarik berminat dalam melakukan aktivitas belajar, maka peserta didik tersebut menunjukkan sikap dan perilaku belajar baik berupa peserta didik menunjukkan gairah yang dalam melakukan aktivitas belajar, tekun dan ulet dalam melakukan aktivitas belajar sekalipun dalam waktu yang lama, aktif, kreatif, dan produktif dalam melaksanakan aktivitas dan menyelesaikan tugas-tugas belajar, tidak mengenal lelah apalagi bosan dalam belajar, senang dan asyik dalam belajar, aktivitas belajar dianggap sebagai suatu hobi dan bagian dari hidup, dan sebagainya. Sebaliknya peserta didik yang tidak memiliki minat belajar menunjukkan sikap dan perilaku belajar yang tidak baik pula berupa acuh tak acuh dalam belajar, aktivitas dianggap sebagai suatu beban, cepat lelah dan bosan dalam belajar, dan sebagainya. Jika dicermati secara mendalam, antara minat motivasi merupakan gejala aktivitas jiwa manusia yang susah dipisahkan satu sama lain. Ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Peserta didik yang menunjukkan minat belajar yang tinggi, juga pasti menunjukkan motivasi belajar yang tinggi, faktor pencetus munculnya motivasi belajar yang tinggi pada diri peserta didik ialah faktor sikap dan minat belajar yang tinggi pada diri peserta didik. Tidak mungkin peserta didik termotivasi belajar tinggi jika peserta didik tersebut memiliki sikap belajar dan minat belajar yang tidak tinggi pula. Minat belajar peserta didik, juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor objek belajar; metode, strategi, dan pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru, sikap dan perilaku guru, media pembelajaran, fasilitas pembelajaran, lingkungan belajar, suara guru, dan lainnya.

10. Pengamatan Belajar Peserta Didik
Sebagian besar pesan dan kesan belajar yang diperoleh oleh peserta didik di kelas adalah diproses melalui pengamatan terhadap apa yang dilihat oleh mata. Pengamatan ialah suatu aktivitas jiwa untuk mengenal diri kita sendiri dan lingkungan sekitar kita dengan melihat, mendengar, membau, dan mencecapnya. Faktor pengamatan belajar peserta didik merupakan faktor yang amat penting diperhatikan oleh para calon dan guru. Proses pengamatan pada dari peserta didik terjadi melalui proses penangkapan pesan dan kesan oleh pancaindera peserta didik. Oleh karena itu, agar proses pembelajaran di kelas dapat diketahui, dipahami, dikuasai oleh peserta didik melalui proses pengamatan, Agar proses pembelajaran di kelas dapat mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan oleh guru bersama peserta didik, maka guru harus memperhatikan perbedaan-perbedaan individu dari segi tipe visual, auditif, taktil, gustative, dan alfaktoris.
Gejala gangguan pengamatan pada diri peserta didik, juga perlu mendapat perhatian oleh para peserta didik. Tidak sedikit kasus kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik di kelas adalah disebabkan karena peserta didik mengalami gangguan pengamatan.

11. Kepribadian Peserta Didik
Kepribadian didefinisikan sebagai keseluruhan kualitas dari perilaku individu yang nampak dalam karakteristik kebiasaan berekspresi, berpikir, minat, sikap, cara-cara breaksi, dan pandangan hidup individu. Faktor kepribadian peserta didik perlu mendapat perhatian dari pihak guru, karena dengan mengetahui dan memahami kepribadian setiap peserta didik, maka guru dapat menyesuaikan proses pembelajarannya di kelas sesuai dengan karakteristik kepribadian yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik. Informasi tentang karakteristik kepribadian yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik dapat menjadi dasar dan acuan bagi guru dalam menyusun program pembelajaran di kelas yang memperhatikan perbedaan individu-peserta didik. Selain itu, para para guru harus mengetahui dan memahami tentang psikologi kepribadian dan pengetahuan tentang teori kepribadian sebagai basis dalam mengetahui dan memahami tentang kepribadi manusia umumnya dan lebih-lebih lagi kepribadian peserta didik secara khusus. Freud menyatakan bahwa struktur kepribadi manusia mencakup tiga aspek, yaitu ide sebagai aspek biologis dari kepribadian, ego sebagai aspek psikologis dari kepribadian, dan super ego sebagai aspek sosiologis dari kepribadian. Ide sebagai aspek biologis dari kepribadian berisikan nafsu hidup, nafsu mati, dan tempat energi psikis. Ego sebagai aspek psikologis kepribadian berprinsip realistis, sehingga berfungsi mempersatukan kepribadian, superego yang berfungsi sesuai prinsip ideal yang mengontrol kerja ide dan ego agar bekerja sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Para guru juga perlu mengetahui tentang perkembangan kepribadian manusia. Pengetahuan tentang perkembangan kepribadian manusia tersebut, harus menjadi dasar bagi guru dalam melaksanakan proses pendidikan di kelas agar proses pendidikan yang dilakukan oleh guru sesuai dengan perbedaan perkembangan kepribadian peserta didik.

12. Inteligensi dan Bakat
Inteligensi dan bakat merupakan faktor psikologis yang turut mempengaruhi keberhasilan proses dan hasil pendidikan di sekolah. Inteligensi secara sederhana dapat diartikan sebagai "Kecerdasan". Namun, inteligensi pada hakekatnya adalah kemampuan manusia untuk berpikir. Kemampuan berpikir manusia itu sendiri berbeda-beda, yaitu ada yang kemampuan berpikirnya tinggi, sedang, dan rendah. Tingkat kemampuan berpikir manusia tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya: faktor tingkat inteligensi yang dimiliki (skor intelligence quotient) ialah berada di atas normal 110 ke atas, tingkat pengetahuan, dan pengalaman manusia. Manusia yang memiliki tingkat pengetahuan dan pengalaman yang tinggi cenderung kemampuan berpikirnya juga tinggi karena telah ditempa dan diterpa oleh berbagai pengetahuan dan pengalaman yang menuntut pemikiran. Oleh karena itu, untuk mengembangkan dan meningkatkan inteligensi peserta didik, para guru di sekolah harus memberikan tugas-tugas belajar yang menantang peserta didik untuk berpikir kompleks dan keritis. Selain itu, para harus memberikan banyak pengalaman yang menantang peserta didik dengan harapan peserta didik terlatih dan terbiasa untuk berpikir dalam mencari jalan keluar suatu persoalan sehingga membuahkan suatu pengalaman yang berharga bagi peserta didik. Selain faktor inteligensi yang perlu mendapat perhatian bagi para calon guru dan para guru dalam membelajarkan peserta didik di kelas, faktor bakat juga perlu diperhatikan. Para calon guru dan para guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang bakat peserta didik agar dapat membelajarkan peserta didik sesuai dengan, bakat yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik, mereka dapat mencapai aktualisasi diri sesuai dengan bakat yang dimiliki.
Bakat didefinisikan sebagai potensi bawaan yang dibawa seseorang sejak ia dilahirkan dan perkembangannya dipengaruhi oleh lingkungan. Bakat yang dibawa seseorang sejak ia dilahirkan masih belum berkembang, sehingga perlu diaktualisasikan melalui bantuan proses pendidikan di sekolah. Para guru di sekolah perlu mengetahui secara dini tentang bakat yang dimiliki oleh masing-masing anak didiknya sebagai acuan untuk memberikan proses pendidikan yang menunjang perkembangan bakat anak. Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mengetahui bakat pada diri peserta didik ialah dengan melakukan tes bakat pada anak didik dan mengobservasi kemampuan dan keterampilan menonjol yang diperlihatkan anak melalui aktivitas dan perilaku di rumah, di sekolah, dan di masyarakat.

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Manajemen Kelas Di SD
Keberhasilan siswa dalam belajar sangat ditentukan oleh strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Guru dituntut untuk memahami komponen-komponen dasar dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk paham tentang filosofis dari mengajar dan belajar itu sendiri. Mengajar tidak hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan, akan tetapi juga sejumlah perilaku yang akan menjadi kepemilikan siswa. Pengaturan metode, strategi, dan kelengkapan dalam pengajaran adalah bagian dari kegiatan manajemen pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru. Untuk mewujudkan manajemen kelas di Sekolah Dasar, lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat akan mendukung meningkatnya intensitas pembelajaran siswa dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran. Manajemen kelas di Sekolah Dasar tidak hanya pengaturan belajar, fasilitas fisik dan rutinitas, tetapi menyiapkan kondisi kelas dan lingkungan sekolah agar tercipta kenyamanan dan suasana belajar yang efektif. Oleh karena itu, sekolah dan kelas perlu dikelola secara baik, dan menciptakan iklim belajar yang menunjang. Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan yang utama. Peranan guru adalah menciptakan serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya. (Wrightman, 1977)
Berbagai faktor yang menyebabkan merumitan dalam pengelolaan kelas secara umum dibagi menjadi dua faktor yatu : faktor interen siswa dan eksteren siswa. Faktor interen siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran dan prilaku. Kepribadian siswa dengan ciri-ciri khusunya masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari segi aspek, yaitu perbedaan biologis, intelektual dan psikologis. Sedangkan faktor ekstern siwa terkait dengan pengelolaan suasana laingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, kurikulum belajar. Jumlah siswa dikelas. Masalah siswa di kelas misalnya dua puluh orang ke atas cenderung lebih mudah terjadi koflik.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa terjadinya kekacauan di kelas disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu intern dan eksteren siswa dan untuk mengatasi terjadinya kekacauan di kelas diperlukan adanya usaha dari guru dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas.
Tujuan Manajemen Kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan, baik secara umum maupun khusus. Secara umum tujuan Manajemen Kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa untuk belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap, serta apresiasi para siswa.
Adapun tujuan dari Manajemen Kelas adalah sebagai berikut :
a. Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal, sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
b. Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa dalam pelajarannya. Dengan Manajemen Kelas, guru mudah untuk melihat dan mengamati setiap kemajuan/ perkembangan yang dicapai siswa, terutama siswa yang tergolong lamban.
c. Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk dibicarakan dikelas demi perbaikan pengajaran pada masa mendatang.
Jadi, Manajemen Kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi didalam kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan kemampuannya. Kemudian, dengan Manajemen Kelas produknya harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Sedangkan tujuan Manajemen Kelas secara khusus dibagi menjadi dua yaitu tujuan untuk siswa dan guru. Tujuan Untuk Siswa:
a. Mendorong siswa untuk mengembangkan tanggung-jawab individu terhadap tingkah lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri sendiri.
b. Membantu siswa untuk mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan dan bukan kemarahan.
c. Membangkitkan rasa tanggung-jawab untuk melibatkan diri dalam tugas maupun pada kegiatan yang diadakan.
Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pada Manajemen Kelas adalah agar setiap anak dikelas dapat bekerja dengan tertib, sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Tujuan Untuk Guru:
a. Untuk mengembangkan pemahaman dalam penyajian pelajaran dengan pembukaan yang lancar dan kecepatan yang tepat.
b. Untuk dapat menyadari akan kebutuhan siswa dan memiliki kemampuan dalam memberi petunjuk secara jelas kepada siswa.
c. Untuk mempelajari bagaimana merespon secara efektif terhadap tingkah laku siswa yang mengganggu.
d. Untuk memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif yang dapat digunakan dalam hubungan dengan masalah tingkah laku siswa yang muncul didalam kelas.
Maka dapat disimpulkan bahwa agar setiap guru mampu menguasai kelas dengan menggunakan berbagai macam pendekatan dengan menyesuaikan permasalahan yang ada, sehingga tercipta suasana yang kondusif, efektif dan efisien.
Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal
• Memodifikasi tingkah laku
Modifikasi tingkah laku adalah menyesuaikan bentuk-bentuk tingkah laku kedalam tuntutan kegiatan pemebelajaran sehingga tidak muncul prototyfe pada diri anak tentang peniruan perilaku yang kurang baik.
• Pengelolaan kelompok
Kelompok kecil ataupun kelompok belajar di kelas adalah merupakan bagaian dari pencapaian tujuan pembelajaran dan strategi yang terapkan oleh guru. Kelompok juga bias muncul secara informal seperti teman bermain, teman seperjalanan, teman karena gender dan lain-lain. Untuk kelancaran pembelajaran dan pencapaiant ujuan pembelajaran maka kelompok yang ada dikelas itu harus di kelola dengan baik oleh guru.
• Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah. Permasalahan memiliki sifat perennial (akan selalu ada) dan nurturan effect, oleh karena itu permasalahan akan muncul didalam kelas kaitannya dengan interaksi dan akan diikuti oleh damapak pengiring yang besar bila tidak bias diselesaikan. Guru harus dapat mendeteksi permasalahan yang mungkin muncul dan dengan secepatnya mengambil langkah penyelesaian sehingga ada solusi untuk masalah tersebut.

Faktor Negatif yang mempengaruhi proses manajemen kelas di SD
Beberapa kekeliruan yang perlu dihindari guru dalam mempraktekkan keterampilan mengelola kelas adalah :
1) Campur tangan yang berlebihan, campur tangan yang berlebihan dari guru kepada setiap perilaku kedirian siswa akan memberikan dampak yang kurang baik, oleh karena itu campur tangan dilakukan sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pendidik di kelas.
2) Kesenyapan, proses kesenyapan memang diperlukan di kelas tapi tidak merupakan kegiatan yang berjalan dengan akumulasi yang cukup panjang, karena dapat menimbulkan perilaku yang berlebihan dari siswa dan dimanfaatkan untuk berinteraksi dengan teman lainnya.
3) Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan, awal dan akhir kegiatan adalah hal yang krusial bagi guru. Awal adalah pembuka jalan dalam mengorganisasikan pikiran anak untuk menemukan dan melakukan berbagai hal di kelas terutama kaitannya dengan tugasnya dan akhir adalah bentuk akumulasi tentang pemahaman atas kegiatan dan kegiatan lanjutan yang akn dilakukan siswa.
4) Penyimpangan, bentuk perilaku yang menyimpang baik secara individual maupun kaitannya dalam pelaksanaan pembelajaran.
5) Bertele-tele, kata atau kalimat yang bertele-tele dan kegiatan yang bertele-tele akan menimbulkan kebosanan dan ketidak nyamanan ketika hal itu tertuju pada satu orang saja atau pada satu pokok bahasan saja.
6) Pengulangan penjelasan yang tidak perlu, banyak hal yang baru bagi siswa yang dapat disampaikan, dan banyak hal lainnya yang juga memerlukan pengulangan. Prinsipnya adalah dimana ketika terjadi proses pengulangan adalah bentuk untuk mengkaitkan pokok bahasan, menegaskan, dan mencontohkan. Karena pengulangan biasa memunculkan persepsi yang kurang baik pada diri siswa, mungkin akan muncul anggapan bahwa guru tidak bias mengajar.

C. Pendekatan Psikologi Dalam manajemen Kelas Di SD
Pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru dalam Manajemen Kelas akan sangat dipengaruhi oleh pandangan guru tersebut terhadap tingkah laku siswa, karakteristik watak dan sifat siswa, dan situasi kelas pada waktu seorang siswa melakukan penyimpangan. Dibawah ini terdapat beberapa pendekatan yang didasarkan atas studi psikologis yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam membina disiplin kelas pada siswanya. Pendekatan yang dimaksud antara lain sebagai berikut :
1) Pendekatan Modifikasi Tingkah Laku (Behavior-Modification) Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik Pendekatan ini didasarkan pada psikologi behavioristik, yang mengemukakan pendapat bahwa :
a. Semua tingkah laku yang baik atau yang kurang baik merupakan hasil proses belajar.
b. Ada sejumlah kecil proses psikologi penting yang dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya proses belajar yang dimaksud, yaitu diantaranya penguatan positif (positive reinforcement) seperti hadiah, ganjaran, pujian, pemberian kesempatan untuk melakukan aktivitas yang disenangi oleh siswa, dan penguatan negatif (negative reinforcement) seperti hukuman, penghapusan hak, dan ancaman. Penguatan tersebut masih dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Penguatan Primer, yaitu penguatan yang tanpa dipelajari seperti makan, minum, menghangatkan tubuh, dsb.
2. Penguatan Sekunder, yaitu penguatan sebagai hasil proses belajar. Penguatan sekunder ini ada yang dinamakan penguatan sosial ( pujian, sanjungan, perhatian, dsb ), penguatan simbolik (nilai, angka, atau tanda penghargaan lainnya) dan penguatan dalam bentuk kegiatan (permainan atau kegiatan yang disenangi oleh siswa yang tidak semua siswa dapat mempraktekkannya). Dilihat dari segi waktunya, ada penguatan yang terus-menerus (continue) setiap kali melakukan aktivitas, ada pula penguatan yang diberikan secara periodik (dalam waktu-waktu tertentu), misalnya setiap satu semester sekali, setahun sekali, dsb.
2) Pendekatan Iklim Sosio-Emosional (Socio-Emotional Climate) Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan siswa serta hubungan antar siswa. Pendekatan ini berlandaskan psikologi klinis dan konseling yang mempradugakan :
a. Proses Belajar Mengajar yang efektif mempersyaratkan keadaan sosio-emosional yang baik dalam arti terdapat hubungan antara pribadi guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa.
b. Guru merupakan unsur terpenting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik. Guru diperlukan bersikap tulus dihadapan siswa, menerima dan menghargai siswa sebagai manusia, dan mengerti siswa dari sudut pandang siswa sendiri. Dengan cara demikian, siswa akan dapat dikuasai tanpa menutup perkembangannya. Sebagai dasarnya, guru dituntut memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi yang efektif dengan siswa, sehingga guru dapat mendeskripsikan apa yang perlu dilakukannya sebagai alternatif penyelesaian. Didalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas. Untuk terrciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap melindungi.
3) Pendekatan Proses Kelompok (Group Process) Dalam pendekatan in, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah pengelolaan. Pendekatan ini berdasarkan pada psikologi klinis dan dinamika kelompok. Yang menjadi anggapan dasar dari pendekatan ini ialah :
a. Pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks kelompok sosial.
b. Tugas pokok guru yang utama dalam Manajemen Kelas ialah membina kelompok yang produktif dan efektif.
4) Pendekatan Elektif (Electic Approach) Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dabn inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dan atau ketiga pendekatan tersebut.
semua pendekatan tersebut, mempunyai kebaikan dan kelemahan masing-masing. Dalam arti, tidak ada salah satu pendekatan yang cocok untuk semua masalah dan semua kondisi. Setiap pendekatan mempunyai tujuan dan wawasan tertentu. Dengan demikan, guru dituntut untuk memahami berbagai pendekatan. Dengan dikuasainya berbagai pendekatan, maka guru mempunyai banyak peluang untuk menggunakannya bahkan dapat memadukannya. Pendekatan Elektik disebut juga dengan Pendekatan Pluralistik, yaitu Manajemen Kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan Proses Belajar Mengajar berjalan efektif dan efisien. Dimana guru dapat memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut, sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dari penggunaannya untuk menciptakan Proses Belajar Mengajar berjalan secara efektif dan efisien.
D. Memahami Latar Belakang Peserta Didik
Dengan mengetahui tentang latar belakang para murid, maka guru akan merasa terbantu dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Namun sangat penting untuk diingat bahwa kegiatan kelas mestinya tidak membuat guru untuk meneliti latar belakang murid untuk mengungkapkan sesuatu yang mereka tidak menyukainya. Sama artinya dengan seorang guru akan marah dan tidak menyukainya, bila ada siswa yang bertanya tentang sesuatu yang sangat prinsipil dan pribadi tentang dirinya. Sebagai seorang guru perlu sekali dan malah seharusnya mempunyai keterangan yang lengkap tentang masing-masing murid yang meliputi:
1. Latar belakang psikologi siswa yang meliputi hasil-hasil tes kecerdasan, tes perasaan, kecakapan dan lain-lain,
2. Latar belakang kemampuan siswa yang meliputi kemajuan dalam mata pelajaran yang akan diberikan dan yang berhubungan dengan itu.
3. Latar belakang kesehatan fisik siswa seperti penglihatan, pendengaran, gejala-gejala penyakit dan lain-lain.
4. Latar belakang siswa tentang pengalaman kerja, partisipasi kegiatan di dalam dan di luar kelas dan menjadi anggota organisasi di luar dan dalam sekolah.
5. Latar belakang tentang perhatian siswa terhadap pendidikan.
6. Latar belakang kehidupan anak di rumah yang meliputi status ekonomi, pendidikan orang tua susunan dalam keluarga, jabatan dan hubungan sosial orang tua di masyarakat.

E. Memahami Minat Peserta Didik
Mengenal minat siswa-siswa sangat penting, karena mereka akan merasa senang dengan materi pelajaran yang disampaikan apalagi materi tersebut sangat sesuai dengan minat mereka dan ada hubungannya dengan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka, Minat memiliki manfaat sebagai pendorong yang kuat dalam mencapai prestasi. Dengan memiliki minat belajar, peserta didik lebih memperkuat ingatan tentang pelajaran yang diberikan oleh pendidik. Dengan ingatan yang kuat, peserta didik berhasil memahami materi pelajaran yang diberikan oleh pendidik. Sehingga, tidak sulit bagi peserta didik dalam mengerjakan soal atau pertanyaan dari peserta didik. Hal tersebut menghasilkan nilai yang bagus dan meningkatkan prestasi peserta didik.
Selain itu, Minat belajar menciptakan dan menimbulkan konsentrasi dalam belajar. Peserta didik akan memiliki konsentrasi yang baik apabila dalam dirinya terdapat minat untuk mempelajari hal yang ingin mereka ketahui. Konsentrasi yang terbentuk inilah, yang mempermudah peserta didik memahami materi yang dipelajari.
Beberapa dasar pertimbangan perlunya ” memahami peserta didik ” sebagai berikut :
a. Dasar pertimbangan psikologis
bahwa suatu kegiatan akan menarik dan berhasil apabila sesuai dengan minat, bakat, kemampuan, keinginan, dan tuntutan peserta didik.
b. Dasar pertimbangan sosiologi
bahwa secara naluri manusia akan merasa ikut serta memiliki dan aktif mengikuti kegiatan yang ada.
Berhasil atau tidak peserta didik dalam belajar disebabkan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Faktor tersebut dapat berupa faktor dari dalam individu (faktor internal) seperti faktor kesehatan, bakat dan perhatian, dan faktor dari luar individu (faktor eksternal) seperti keadaan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.
1. faktor internal
Merupakan faktor yang mempengaruhi minat belajar peserta didik yang berasal dari peserta didik sendiri.
• Kesehatan
Peserta didik yang sehat jasmani dan rohani akan terdorong untuk belajar dan sebaliknya. Kesehatan jasmani yang terganggu misalnya pilek dan deman, menjadikan peserta didik tidak cepat lelah dalam belajar dan tidak memiliki semangat untuk belajar. Begitu pula dengan kesehatan rohani, peserta didik yang memiliki rasa kecewa terhadap teman atau orang tua, menimbulkan rasa malas untuk belajar dan tidak adanya konsentrasi terhadap pelajaran tersebut.
• Bakat dan intelegensi
Bakat mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakat, maka siswa akan berminat terhadap pelajaran tersebut, begitu juga intelegensi, orang yang memiliki intelegensi (IQ) tinggi, umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik, sebaliknya jika seseorang yang “IQ” nya rendah akan mengalami kesukaran dalam belajar.
• Perhatian
Untuk mencapai hasil belajar yang baik, siswa harus mempunyai perhatian terhadap materi yang dipelajarinya. Hal tersebut akan menimbulkan minat dalam diri peserta didik dan memiliki semangat dalam belajar sehingga mencapai prestasi yang bagus.
2. faktor eksternal
• keluarga
Keluarga memiliki peran yang besar dalam menciptakan minat belajar bagi anak. Seperti yang kita tahu, keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama bagi anak Cara orang tua dalam mengajar dapat mempengaruhi minat belajar anak. Orang tua harus selalu siap sedia saat anak membutuhkan bantuan terlebih terhadap materi pelajaran yang sulit ditangkap oleh anak. Dengan kata lain, oran tua harus terus mengetahui perkembangan belajar anak pada setiap hari.
• Sekolah
Pengetahuan dan pengalam yang diberikan melalui sekolah harus dilakukan dengan proses mengajar yang baik. Pendidik menyelenggarakan pendidikan dengan tetap memperhatikan kondisi anak didiknya. Dengan demikian, anak tercipta situasi yang menyenangkan dan tidak membosankan dalam proses pembelajaran. Minat belajar peserta didik, dapat tumbuh dalam lingkungan sekolah dengan baik, apabila guru memegang perannya sesuai ketentuan. Guru dapat menimbulkan minat belajar dengan memotivasi mereka, seperti memberikan hadiah pada anak yang mendapat nilai seratus. Guru juga harus pandai dalam memiliki pekerjaan rumah yang akan diberikan pada peserta didik. Pekerjaan rumah tersebut jangan sampai membuat peserta didik merasa bosan didepan soal-soal tersebut.
• Masyarakat
Kegiatan akademik, akan lebih baik apabila diimbangi dengan kegiatan di luar sekolah. Banyak kegiatan di dalam masyarakat yang dapat menumbuhkan minat belajar anak. Seperti kegiatan karang taruna. Anak dapat belajar berorganisasi di dalamnya. Tapi, orang tua perlu memperhatikan kegiatan anaknya di luar rumah dan sekolah. Sebab kegiatan yang berlebih akan menurunkan semangatnya dalam mengikuti pelajaran di sekolah.

F. Sikap Guru Di Depan Kelas
Sering terjadi suasana kelas sangat dipengaruhi oleh sikap guru yang ada di dalam kelas. Kelas menjadi gaduh, kalau guru ragu-ragu, dan kelas menjadi tenang, kalau guru berani bersikap tegas dan bijaksana, Seorang guru yang ada di depan kelas harus selalu menunjukkan sikap gembira dalam melayani para siswanya, harus pandai bersandiwara, mungkin guru dalam posisi susah, tapi janganlah menampakkan sifat itu di depan kelas. Dalam menyikapi para siswa di depan kelas. Abu Ahmadi mengemukakan bahwa, guru harus
• Berani memandang tiap-tiap murid di matanya.
• Usakanlah murid-murid bekerja sendiri
• Jangan bersikap putus asa.
• Jangan mengejek murid-murid.
• Janganlah memberikan hukuman badan.
• Ciptakanlah suasana kelas yang baik
Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupannya. Sikap mengandung tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek dan sikap terhadap objek ini disertai dengan perasaan positif dan negative. Sikap dari seorang guru adalah salah satu faktor yang menentukan bagi perkembangan jiwa anak didik selanjutnya. Karena sikap seroang guru tidak hanya dilihat dalam waktu mengajar saja, tetapi juga dilihat tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari oleh anak didiknya. Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah sebagai berikut.
1) guru bersikap wajar (tidak dibuat-buat)
2) guru tidak berlagak seperti gembala yang memelihara kambingnya
3) guru tidak menganggap murid sebagai musuhnya
4) guru tidak bergerak kaku atau meniru guru-guru yang lain yang sukses, tetapi bergeraklah sewajarnya apa adanya sesuai dengan kepribadian kita masing-masing.
5) guru boleh bergerak bebas, tidak merasa takut asal sopan.
6) guru jangan seperti patung, hanya diam diri dalam satu tempat. Kelas adalah kepunyaan guru dan murid-murid bersama,.berdirilah pada tempat dimana semua kelas dapat melihat dan mendengarkan suara guru.
7) pada waktu ujian atau tes guru jangan bersikap seperti polisi yang mengawasi maling atau seperti kucing mengintai tikus, bersikaplah santai tapi waspada.
8) guru harus bersikap respek terhadap apa yang sedang terjadi disekitarnya
9) antusias, baik terhadap kelasnya, tugasnya dan sesama yang berhubungan dengan hal mengajar
10) guru harus berbicara jelas, pasti dan dapat menghubungkan dirinya dengan murid-muridnya
11) tertarik kepada murid sebagai individu
12) memiliki pengetahuan dan sumber yang cukup
13) tidak bertindak sarkatis dan kasar.
14) Guru bersikap adil, tidak pilih kasih atau membedakan antara siswa yang satu dengan yang lainnya
15) harus menghindari kemalasan dan ketidaktetapan waktu datang kesekolah.
Adapun Sikap yang harus dihindari oleh seorang guru dalam nenyanpaikan materi pelajaran pada anak didiknya, menurut S.Nasution adalah:
1. Sikap otoriter
Sikap otoriter merupakan sikap yang selalu mengatur perbuatan anak, menggunakan paksaan dan hukuman, tidak mendidik anak menjadi manusia merdeka yang demokratis yang sanggup berdiri sendiri, sanggup memilih atas tanggung jawab sendiri. Hal ini menyebabkan anak akan bergantung pada orang lain, bila diberi kebebasan anak tidak dapat menggunakan dengan baik karena biasa diatur oleh orang lain.
2. Sikap permissive
Sikap permissive merupakan sikap lunak yang memberi kebebasan yang berlebihan kepada anak untuk berkembang sendiri. Hal ini sebenarnya tidak memberi bimbingan kepada anak dan dengan demikian sebenarnya tidak mendidik anak. Padahal sebenarnya pendidikan memerlukan pimpinan dan bimbingan dari pendidik. Sikap permissive ini merupakan kebalikan dari sikap otoriter.
3. Sikap riil
Sikap pendidik hendaknya jangan terlampau otoriter atau terlampau permissive akan tetapi bersikaplah realistis. Pendidikan memerlukan kebebasan akan tetapi juga pengendalian. Anak didik harus diberi kebebasan yang cukup tanpa diawasi ketat oleh guru. Sikap riil ini tidak terlalu otoriter dan tidak permissive

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS